Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda (Laksda) Julius Widjojono menyampaikan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memerintahkan jajarannya memberikan bantuan maksimal mengenai insiden di Nduga, Papua Pegunungan. Panglima juga memerintahkan pencarian prajurit TNI yang dilaporkan hilang akibat penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata.
"Panglima TNI Yudo Margono secara terus menerus memerintahkan untuk melakukan pencarian dan bantuan tempur dengan kekuatan maksimal," ujar Julius seperti dikutip dari Antara, Senin (17/4).
Menurut Julius satu orang prajurit Yonif 321/GT bernama Pratu Miftahul Airifin gugur saat melaksanakan tugas di Mugi-Man, Nduga. Pada awalnya, Pratu Arifin, sapaan akrab Pratu Miftahul Arifin, bersama dengan rombongan Satgas Yonif R 321/GT sedang mencoba menyisir wilayah itu untuk mendekati posisi Pilot Susi Air Phillip Mehrtens yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Namun kemudian, ada serangan dari KKB yang menyebabkan Pratu Arifin terjatuh ke jurang kedalaman 15 meter. Julius menambahkan saat ini TNI mengalami kesulitan untuk menghubungi Satgas Yonif R 321/GT.
"Kami kesulitan menghubungi karena kondisi cuaca yang tidak menentu," kata dia.
Ke depannya, Julius mengatakan Panglima TNI akan melakukan evaluasi mendalam terkait dengan insiden tersebut. Meskipun terdapat insiden penembakan, lanjut dia, operasi penyelamatan Pilot Susi Air yang disandera tersebut tetap dilanjutkan sebagaimana perintah Panglima TNI kepada jajarannya agar tidak ragu-ragu dalam melakukan operasi bersifat humanis itu.
Ia menyampaikan ucapan dukacita mendalam dari Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono atas gugurnya Pratu Arifin.
"Panglima TNI turut berdukacita atas gugurnya prajurit terbaik TNI Pratu Arifin pada 15 April 2023 pukul 16.30 WIT," ujar Julius.
Evaluasi Personel
Pengamat Intelijen dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro menilai gugurnya anggota TNI di Papua akibat serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) perlu menjadi perhatian serius. Ia menyebut sumber daya manusia tempur TNI perlu dievaluasi secara lebih mendalam.
"Seharusnya korban jiwa bisa diminimalisir jika personel TNI siap tempur, terlebih yang menjadi korban adalah pasukan khusus,” ucap Simon seperti dikutip dari Antara.
Simon menilai ada sistem yang tidak kuat dalam rekrutmen, dan penggemblengan. Selain itu dia menilai juga perlu pembinaan personel karena kualitas personel merupakan cerminan kualitas dari proses.
“TNI juga harus mengevaluasi sistem komando di daerah yang rawan konflik. Ini menyangkut pemilihan personel berdasarkan kapabilitas, informasi intelijen, dukungan alutsista, dan sistem pengambilan keputusan dalam operasi,” ujar Simon.
Sistem komando ini, menurut Simon, mencerminkan keseriusan TNI dalam mempersiapkan diri di medan yang memang sudah ketahuan tingkat kesulitannya. Dia menyarankan agar TNI tetap menjalankan profesionalitas dalam bertugas.