Kementerian Perindustrian berencana memberikan insentif untuk pengusaha bauksit guna membantu pembangunan smelter bauksit di Indonesia. Insentif diberikan agar pembangunan smelter tetap berlangsung meskipun ekspor bahan mineral tersebut akan dihentikan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan saat ini progres pembangunan smelter bauksit tidak berjalan dengan baik. Masih banyak proyek yang saat ini belum dibangun.
Kondisi itu menjadi tantangan tersendiri bagi Kemenperin untuk bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Pasalnya, perusahaan bauksit yang sedang membangun smelter tetap membutuhkan biaya.
"Tantangannya bagaimana perusahaan itu harus ada economic of scale-nya. Jadi itu harus dibantu oleh pemerintah," ujar Agus, saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, (12/6).
Agus belum bisa memastikan bentuk insentif yang akan diberikan kepada pengusaha bauksit tersebut. Namun, kemungkinan insentifnya akan berupa kepastian pasar pembeli, karena pemerintah sudah memberikan insentif untuk mendorong investasi di sektor hulu.
"Mungkin kepastian terhadap market itu harus diperhatikan oleh pemerintah," kata Agus.
Selain itu, Kemenperin berupaya agar perusahaan-perusahaan lain mau melakukan investasi, termasuk di industri aluminium. Hal tersebut penting karena ekonomi di Indonesia juga didorong besar dari manufaktur.
"Jadi nanti kita petakan, offtaker bauksit siapa yang paling besar, nanti kita berikan insentif agar mereka mau pindah ke Indonesia," katanya.
Larangan Ekspor Bauksit Tidak Berlaku Bagi Lima Perusahaan
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian ESDM memastikan penghentian ekspor mineral mentah berjalan sesuai jadwal mulai 10 Juni 2023. Namun larangan ekspor ini tidak berlaku bagi lima perusahaan yang telah mendapatkan relaksasi hingga pertengahan 2024.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan kelima perusahaan tersebut telah memenuhi persyaratan tertentu. Salah satunya yaitu realisasi investasi fasilitas pemurnian atau smelter, yakni untuk komoditas tembaga, besi, timbal, seng, dan lumpur anoda hasil pemurnian tembaga.
"Kalau tidak salah ada lima perusahaan yang memenuhi persyaratan. Kami punya datanya, perusahaan mana yang konstruksi smelternya dikerjain dan mana yang tidak dikerjakan," kata Arifin di Istana Kepresidenan, Senin (29/5).
Arifin menyampaikan realisasi investasi smelter selain kelima perusahaan tersebut terbilang kecil. "Masa lapangan bola untuk investasi smelter baru realisasinya masih berupa babat rumput," kata Arifin
Adapun kelima perusahaan yang mendapatkan relaksasi ekspor konsentrat mineral hingga pertengahan 2024 yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara untuk konsentrat tembaga, PT Sebuku Iron Lateritic Ores selaku perusahaan pemurnian mineral besi.
Kemudian PT Kapuas Prima Citra selaku badan usaha pertambangan komoditas timbal dan PT Kobar Lamandau Mineral sebagai perusahaan yang bergerak di pertambangan komoditas seng.