Tiga Isu yang jadi Perhatian Anak Muda di Pilpres 2024, Bukan Ekonomi

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/foc.
Petugas mengenakan kostum maskot pemilu saat sosialisasi pemilu di Taman Nasional di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (1/6/2023).
Penulis: Ade Rosman
21/7/2023, 05.40 WIB

Generasi muda menjadi pemilih yang cukup dominan dalam Pemilu 2024 nanti. Namun, partai politik maupun tokoh yang akan berlaga baik di tingkat pileg maupun pilpres dinilai kurang merangkul permasalahan Generasi Z dan Milenial.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, tiga isu yang disorot generasi muda berbeda dengan yang disorot generasi yang lebih tua darinya. Ia mengatakan, hal itu berdasarkan temuan survei yang pernah dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia yang melibatkan 4040 responden generasi Z dan milenial saja, dari Sabang hingga Merauke.

“Isu yang pertama, yang penting bagi anak muda generasi Z maupun milenial itu adalah pemberantasan korupsi, sementara yang kedua lingkungan hidup dan perubahan iklim,” kata Burhanuddin dalam acara Indonesia Data and Economic Conference Katadata 2023, di Jakarta Pusat, Kamis (20/7).

Sementara itu, isu lapangan pekerjaan berada di urutan setelahnya, yakni empat ataupun lima. Menurut Burhanuddin, temuan itu menjadi tidak adanya kesinambungan dengan permasalahan yang disoroti generasi di atasnya.

“Sering kali ada diskoneksi antara aspirasi anak muda dengan pemimpin nasional ataupun partai politik,” kata dia.  

Di sisi lain Burhanuddin mengatakan, isu utama yang kerap menjadi perhatian para politisi yakni yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi. Isu ini juga menjadi sorotan dalam hasil survei pemilih umum yang didapatnya.

“Yang pertama berkaitan dengan isu menjaga stabilitas harga, yang kedua itu berkaitan dengan menciptakan lapangan pekerjaan, yang ketiga itu mengurangi kemiskinan,” katanya.

Senada dengan Burhanuddin, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UIII Philips J. Vermonte pun berpandangan sama. Menurutnya politisi yang kebanyakan diisi oleh generasi tua hanya memandang generasi di bawahnya sebagai angka semata. Sehingga tidak terdapat kesinambungan di antara tiap generasi.

“Ada diskoneksi antara generasi tua dan teman-teman yang lebih muda,” kata Philips.

Seharusnya, kata Philips partai politik maupun para politisi sudah bisa melihat generasi muda sebagai sumber dari perubahan. Ia menyarankan partai politik mulai beralih orientasi dengan memperhatikan anak muda sebagai pertimbangan besar dalam pengambilan kebijakan. 

Anak Muda Merasa Tidak Didengar

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder What Is Up, Indonesia? (WIUI) & Bijak Memilih Abigail Limuria menyatakan sepakat dengan Burhanuddin dan Philips.

“Ada disconnect antara kepentingan yang dianggap penting oleh anak muda dengan yang sering diomongin oleh pejabat publik,” kata Abigail.

Ia mengungkapkan, sering mendapat keluhan dari komunitas anak muda yang mengutarakan kesedihannya karena tidak pernah didengar aspirasinya oleh para politisi.

“Kami ngerasa gak pernah didengerin, gak pernah ngerasa ada isu yang sesuai dengan kepentingan mereka,” katanya.

Sebelumnya Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan pelaksanaan pemilihan umum pada 14 Februari 2024. KPU pun telah menetapkan sebanyak 204.807.222 juta pemilih yang berhak mengikuti pemilu.  

Berdasarkan rekapitulasi KPU, jumlah pemilih terdiri dari 102.218.503 pemilih laki-laki dan 102.588.719 pemilih perempuan. Adapun total pemilih ini sebanyak 204.656.053 penduduk potensial pemilih di dalam negeri dan sebanyak 1.806.713 WNI di luar Negeri.

Reporter: Ade Rosman