Kualitas udara di DKI Jakarta siang ini, Rabu (15/8), menjadi yang terburuk di dunia berdasakan situs pemantau kualitas udara, IQAir. Indeks kualitas udara ibu kota siang ini mencapai 163, atau kategori “merah”, tidak sehat.
IQAir juga menunjukkan bahwa konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 15,6 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. PM2.5 atau particulate matter 2.5 adalah partikel udara yang berdiameter lebih kecil dari atau sama dengan 2,5 µm (mikro meter).
Partikel ini memiliki risiko kesehatan yang paling besar di antara pengukuran polusi udara lainnya. PM2.5 dapat bersumber dari asap kendaraan bermotor, hasil pembakaran pembangkit listrik, proses industri, asap pembakaran, asap rokok.
PM2.5 juga dapat terbentuk dari reaksi kimia polutan di udara/atmosfer, di antaranya sulfur dioksida, nitrogen oksida, amonia, black carbon, debu mineral, yang bereaksi dengan air dan materi organik lainnya.
Adapun 10 besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia siang ini yaitu:
- Jakarta, dengan indeks kualitas udara 163;
- Doha, Qatar (161);
- Kuching, Malaysia (155);
- Dhaka, Bangladesh (155);
- Dubai, Uni Emirat Arab (155);
- Baghdad, Irak (152);
- Shenyang, Cina (152);
- Johannesburg, Afrika Selatan (149);
- Lahore, Pakistan (146); dan
- Kolkata, India (141).
Di antara daerah lain di Indonesia, Jakarta juga mempati peringkat pertama kota dengan kualitas udara terburuk. Berikut daftarya:
- Jakarta 163;
- Tangerang Selatan, Banten 162;
- Kabupaten Serang, Banten (157);
- Kota Tangerang, Banten (155);
- Terentang, Kalimantan Barat (155);
- Palembang, Sumatera Selatan (139);
- Surabaya, Jawa Timur (107);
- Pekanbaru, Riau (101);
- Bengkulu (100);
- Semarang, Jawa Tengah (99).
Dengan status kualitas udara yang tidak sehat di ibu kota, masyarakat dianjurkan untuk menggunakan masker wajah saat beraktivitas di luar ruangan, menutup jendela ruangan untuk menghindari masuknya udara luar yang kotor, menyalakan penjernih udara, atau menghindari aktivitas di luar ruangan.