Kualitas Udara DKI Jakarta Kembali Jadi Terburuk Di Dunia Pagi Ini

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Lanskap gedung perkotaan diselimuti kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (15/8).
Penulis: Lavinda
22/8/2023, 10.08 WIB

Indeks kualitas udara DKI Jakarta berada di peringkat pertama terburuk di dunia pada Selasa pagi (22/8) pukul 8.00 WIB. Posisi Jakarta berada di atas Kuwait City dan Baghdad di Irak yang masing-masing berada di urutan kedua dan ketiga kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. 

Berdasarkan data IQAir, indeks kualitas udara atau air quality index (AQI US) Jakarta tercatat memiliki poin 172. Sedangkan Kuwait City memiliki AQI US 168, dan Baghdad memiliki poin 167.

Menurut acuannya, AQI US pada rentang 0-50 berarti kualitas udara baik, rentang 51-100 berarti kualitas udara sedang, sementara rentang 101-150 kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Selanjutnya, kualitas udara tidak sehat memiliki rentang 151-200, kualitas udara sangat tidak sehat berada di rentang 201-300, dan kualitas udara berbahaya memiliki rentang lebih dari 301.

Berada pada posisi keempat ialah Doha di Qatar dengan AQI US 158, kelima Lahore di Pakistan memiliki poin 135, dan keenam Johannesburg di Afrika Selatan memiliki poin 132.

Kota Dubai di Uni Emirat Arab berada di urutan tujuh dengan poin 132, kedelapan ialah Seattle di Amerika Serikat dengan poin 125, dan Kesembilan Delhi di India memiliki poin 123. Terakhir, Sarajevo di Bosnia memiliki AQI US 100.

Dalam perkembangannya, peringkat berubah pada pukul 09.30. Saat ini, posisi Jakarta turun ke peringkat tiga dengan AQI 163. Sementara itu, peringkat Kuwait City dan Baghdad naik masing-masing ke posisi 1 dan 2.

Secara histori, Indonesia berada di urutan ke-26 negara dengan polusi terburuk di dunia pada 2022.

Sebelumnya, Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Feni Fitriani mengimbau agar kelompok sensitif lebih waspada terhadap kualitas udara, khususnya di Jakarta.

“Untuk kelompok-kelompok yang sensitif dengan kondisi seperti ini (kualitas udara yang tidak bagus) tentu harus lebih waspada. Prinsip terbaik tentu dengan menghindari ya,” kata Feni kepada Antara, dikutip Rabu (6/7).

Kelompok sensitif yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki kerentanan dengan polusi udara. Misalnya seperti ibu hamil, balita, dan orang lanjut usia.

Feni mengatakan agar para kelompok sensitif membatasi berpergian ke luar ruangan apabila tidak diperlukan.

Namun jika kondisinya mengharuskan untuk pergi ke luar ruangan, Feni menyarankan agar selalu menggunakan masker dan memperkirakan durasi berada di luar ruangan.