Jokowi Ajak Negara Berkembang Berkolaborasi di KTT BRICS

Foto: BPMI/Laily Rachev
Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja di Afrika Selatan. Presiden menghadiri forum KTT BRICS 2023.
Penulis: Andi M. Arief
24/8/2023, 20.03 WIB

Presiden Joko Widodo menggaungkan kembali semangat Bandung dalam kehadirannya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2023, Afrika Selatan. Kepala Negara mengaku tidak mewakili Indonesia sebab bukan anggota BRICS, tapi menekankan mengenai nilai-nilai yang masih relevan dari semangat Bandung. 

Jokowi menjelaskan, semangat Bandung yang dimaksud adalah solidaritas, soliditas, dan kerja sama antar negara berkembang yang perlu terus diperkuat. Semangat Bandung atau Spirit Bandung lahir dari peristiwa bersejarah KTT Asia Afrika pada 1955 silam.

Menurutnya, hal tersebut penting agar negara-negara berkembang bersatu dan memperjuangkan hak-haknya di dunia. "Diskriminasi perdagangan harus kita tolak. Hilirisasi industri tidak boleh dihalangi. Kita semuanya harus menyuarakan kerja sama yang setara dan inklusif," kata Jokowi di KTT BRICS 2023 dalam saluran resmi Pemerintah Afrika Selatan, Kamis (24/8). 

Sebagaimana diketahui, BRICS merupakan kelompok lima negara yang terdiri dari Brasil, Rusia, Inggris, Cina, dan Afrika Selatan. Inisiatif ini pertama kali diprakarsai oleh Rusia.

Jokowi meminta pada pimpinan negara yang hadir dalam KTT untuk melihat kembali pelajaran dari pandemi Covid-19. Menurutnya, krisis global tidak akan selesai kalau semua negara bekerja sendiri-sendiri.

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menilai BRICS dapat jadi bagian terdepan untuk memperjuangkan keadilan pembangunan dan mereformasi tata kelola dunia yang lebih adil. Saat ini, Jokowi berpendapat dunia bergerak tanpa nahkoda dan kompas yang jelas.

"Perang dan konflik telah menyebabkan tragedi kemanusiaan. Krisis pangan telah mengakibatkan puluhan orang jatuh miskin. Dibutuhkan kolaborasi dan solidaritas bersama untuk mengatasinya," kata Presiden Jokowi.

Sebelumnya, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin mengatakan Jokowi menghadiri KTT tersebut dalam kapasitasnya sebagai Ketua ASEAN 2023. Oleh karena itu, Bey menegaskan kehadiran Jokowi bukan sinyal bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS.

"Kehadiran Bapak Presiden di KTT tidak ada kaitan sama sekali dengan status keanggotaan Indonesia di BRICS," kata Bey kepada wartawan, Selasa (22/8).

Walau demikian, Jokowi belum menegaskan keinginan pemerintah untuk bergabung ke dalam BRICS. "Nanti diputuskan (keputusan bergabung BRICS)," saat Jokowi ditanya awak media di Indonesia Arena, Jakarta, Senin (7/8).

Pada 2022, BRICS memberikan sinyal perluasan keanggotaan. Perluasan keanggotaan ini dilakukan untuk membuat BRICS menjadi lebih inklusif, bukan untuk menandingi kekuatan kelompok-kelompok negara yang sudah ada seperti G7.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengungkapkan keuntungan yang diperoleh Indonesia jika bergabung dengan aliansi dagang negara-negara Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan atau BRICS. Menurut Jerry dengan menjadi anggota BRICS Indonesia punya  kesempatan memperluas pasar non-tradisional baik ke Afrika maupun Amerika Latin.

Meski demikian, Jerry belum memastikan apakah Indonesia sudah memutuskan untuk bergabung atau tidak dengan BRICS.  “Kalau itu tanya ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Cuma intinya ketertarikan itu ada, potensi itu jelas, dan opportunity-nya ada,” ujar Jerry pada 19 Agustus lalu.

Reporter: Andi M. Arief