SBY Tunggu Waktu Tepat Umumkan Arah Baru Dukungan Demokrat di Pilpres

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono saat sambutan Rapat Kerja Nasional di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, Senin (8/5).
Penulis: Ade Rosman
1/9/2023, 18.52 WIB

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyarankan Partai Demokrat menahan untuk mengambil keputusan dalam satu atau dua hari ke depan terkait langkah politik dalam pemilihan presiden 2024. Sikap politik itu diperlukan setelah Anies Baswedan mengkonfirmasi menerima perjodohan untuk maju di pilpres dengan menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

“Menurut pandangan saya saat ini, hari ini, besok, atau lusa, belum saatnya kita mengambil keputusan ke mana Demokrat akan bergabung misalnya, atau capres mana yang kita dukung,” kata SBY memimpin rapat Majelis Tinggi Demokrat yang berlangsung di Kediaman SBY di Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/9) sore.

Menurut SBY pengalaman saat menjadi prajurit mengajarkan untuk tidak mengambil keputusan penting saat masih diliputi keadaan emosi. Ia mengingatkan Demokrat tidak tergesa-gesa mengambil keputusan, karena dapat menghasilkan keputusan yang keliru.

SBY pun menginstruksikan agar Partai Demokrat menghadapi permasalahan yang saat ini tengah dihadapi dengan terlebih dahulu menenangkan hati dan pikiran.  

“Tidak berarti lama (mengambil keputusan), bisa cepat juga. Tetapi kuncinya lepaskan dulu emosi itu, bikin semuanya rasional dan tenang, sehingga keputusan tidak salah, keputusannya tepat,” kata SBY.

Rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat yang dilaksanakan di kediaman SBY itu merupakan buntut dari perjodohan yang dilakukan Surya Paloh untuk memasangkan Anies dan Muhaimin dalam Pilpres 2024. Demokrat menilai perjodohan itu sepihak. 

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya, menyebutkan keputusan perjodohan itu tak melibatkan Demokrat dan PKS yang merupakan rekan koalisinya di Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Pada saat memimpin rapat, SBY mengatakan sikap Paloh itu tak sesuai dengan kesepakatan koalisi yang dibangun dengan kesetaraan dan keadilan. 

Lebih jauh Demokrat merasa telah dikhianati oleh Anies dan Nasdem. Kendati demikian, SBY mengaku bersyukur karena mengetahui kekeliruan dalam menjalin koalisi itu lebih awal.

“Kami telah ditelikung dan ditinggalkan seperti ini sekarang. Bayangkan kalau ditelikungnya kami ini satu dua hari sebelum batas pendaftaran ke KPU. Bayangkan seperti apa,” ujar SBY. 

Ia pun mensyukuri dengan terbongkarnya langkah rekan koalisi Partai Demokrat itu sehingga memberi pelajaran karena tak jadi menjalin koalisi dengan kelompok yang disebutnya tak berintegritas dan tidak memegang kejujuran dalam berpolitik.  Adapun Demokrat mengklaim sebelum muncul duet dengan Muhaimin, Anies telah terlebih dahulu melamar Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menjadi calon wakil presiden. 

Lamaran Anies pada AHY juga disampaikan melalui secarik kertas yang disaksikan oleh dua orang. Selain itu Anies juga telah menyatakan akan meminang AHY secara langsung kepada SBY. 

Reporter: Ade Rosman