Demokrat Potensi Buat Poros Baru di Pilpres Usai Keluar Koalisi Anies

ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym.
Simpatisan Partai Demokrat beratraksi saat pengajuan berkas pendaftaran bakal calon legislatif (bacaleg) Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Minggu (14/5/2023).
Penulis: Ira Guslina Sufa
2/9/2023, 11.04 WIB

Partai Demokrat resmi mencabut dukungannya untuk bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan. Keputusan ini sekaligus menandakan Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). 

Keputusan Demokrat keluar dari koalisi perubahan diambil setelah majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/9). Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng keputusan diambil setelah Anies bersama Ketua Umum Partai Nasional Demokrat disebut secara sepihak memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa sebagai calon wakil presiden dari koalisi. 

Menurut Andi Alfian pada poin pertama, Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden dalam Pilpres 2024. Kedua, Partai Demokrat tidak lagi berada dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). 

“Karena telah terjadi pengingkaran terhadap kesepakatan yang dibangun selama ini," kata Andi Mallarangeng saat menyampaikan hasil rapat seperti dikutip Sabtu (2/9). 

Sidang Majelis Tinggi Demokrat dipimpin langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulungnya sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat. Sidang diawali dengan SBY menyampaikan fakta-fakta terkait langkah sepihak Partai Nasional Demokrat dan Anies yang disampaikan oleh Iftitah Sulaiman, selaku utusan Partai Demokrat di Tim 8 Koalisi Perubahan.

SBY lalu lanjut memberikan arahan kepada pengurus, kader, dan anggota Sidang Majelis Tinggi. Dalam arahannya, SBY meminta kader Partai Demokrat tetap tenang dan optimistis menemukan jalan terbaik untuk Pilpres 2024.

Potensi Buat Poros Baru 

Direktur Eksekutif Lembaga Politik Algoritma Aditya Perdana menilai pilihan Anies Baswedan memilih Muhaimin Iskandar mengubah dinamika politik jelas pilpres. Ia menilai perubahan-perubahan lainnya bisa saja terjadi seiring dengan merapatnya PKB ke kubu Anies. 

“Perubahan-perubahan akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan, termasuk jumlah pasangan calon yang tadinya mungkin tiga bisa saja akan berubah menjadi empat,” ujar Aditya kepada Katadata.co.id seperti dikutip Sabtu (2/9). 

Dosen politik Universitas Indonesia ini menilai usai keluar dari koalisi Anies, Demokrat berpotensi membuat poros baru. Namun kata Aditya untuk bisa membuat poros baru, Demokrat harus bekerja ekstra untuk mengajak partai lain bergabung. 

Untuk bisa memenuhi ambang batas presiden atau presidential threshold  20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah di Pemilu 2019. “Jadi tidak mudah juga. Kalau mengikuti poros yg ada malah mudah sekali,” ujar Aditya. 

Pada pemilu 2019 Parai Demokrat meraih 7,77 persen suara di pemilu atau setara 54 kuris di DPR. Sedangkan PKS meraih 8,21 persen suara di pemilu atau setara 50 kursi DPR. Sedangkan Partai Persatuan Pembangunan PPP mengantongi 4,52 persen suara dengan 19 kursi di DPR.

Apabila ketiga partai berkoalisi maka 123 kursi dukungan menjadi 20.5 persen suara atau belum memenuhi ambang batas. Namun dengan total 123 kursi di DPR ketiga partai memenuhi syarat 20 persen kursi atau setara 115 kursi.

Ihwal kemungkinan membentuk koalisi baru ini sebelumnya juga disinggung SBY saat memberikan arahan dalam rapat Majelis Tinggi, SBY menyebut menerima tawaran membentuk koalisi baru yang terdiri atas Demokrat, PKS, dan PPP untuk maju di pilpres 2024.

Tawaran itu, kata SBY, disampaikan oleh seorang menteri aktif di Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Ia menyebut tawaran itu juga telah dikomunikasikan dengan dua partai lain. 

SBY saat itu tidak menyebut nama menteri yang dia maksud. Beberapa pengurus dan kader senior Demokrat juga menolak menjawab pertanyaan terkait dengan nama menteri tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, SBY juga mengungkap ada tawaran bergabung dari kelompok bakal calon presiden lainnya, yaitu dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Ia pun menyebut pertemuan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani membahas tawaran kerja sama itu.

"Yang kedua, Pak Prabowo datang ke Pacitan menemui saya dan menyampaikan juga ajakannya," kata SBY.

Ia menilai ajakan-ajakan yang ditawarkan oleh pihak Ganjar dan Prabowo merupakan cara-cara berpolitik yang baik, sah, dan terbuka.

Namun, terlepas dari tawaran itu, SBY mengusulkan Demokrat sebaiknya tidak langsung memutuskan sikapnya, tetapi menunggu sampai situasi tenang.

"Menurut pandangan saya, hari ini, besok atau lusa, belum saatnya kami ambil keputusan ke mana Demokrat akan bergabung atau capres mana yang kami dukung," kata SBY.

Sandiaga Jajaki Demokrat dan PKS 

Sebelumnya, pada Minggu (27/8), ketua Bappilu PPP Sandiaga Uno Sandiaga Uno menyatakan akan berusaha mengajak PKS dan Partai Demokrat untuk bekerja sama di Pilpres 2024. Meski mengakui ketiga partai saat ini berada pada arah yang berbeda di pilpres. Sandiaga mengatakan akan tetap berusaha untuk mengajak PKS dan Demokrat bekerja sama.

"Komunikasi kalau di level partai dilakukan semuanya oleh Plt Ketum (Muhamad Mardiono), tapi saya akan mengusulkan seperti yang saya sampaikan bahwa kita harus mampu untuk bisa mengajak berjuang bersama dalam dinamika politik yang terjadi," ungkap Sandi di Aula Masjid At-Taqwa, Jakarta, Minggu (27/8).

Dia menggarisbawahi PPP masih jalin kerja sama politik dengan PDIP.  Oleh karena itu Sandi menjelaskan jika memang ada pembicaraan skenario pembentukan poros koalisi PPP-PKS-Demokrat tidak dibicarakan ke publik terlebih dahulu.

Adapun Partai Keadilan Sejahtera hingga saat ini masih menyatakan tetap berada dalam barisan koalisi pendukung Anies Baswedan bersama partai Nasdem. Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini mengatakan DPP PKS yang tidak berubah untuk tetap mendukung Anies Baswedan sebagai bakal capres KPP pada Pilpres 2024, sebagaimana yang menjadi keputusan Musyawarah Majelis Syuro (MMS) VIII partai-nya.

"PKS konsisten mengusung amanat MMS VIII tersebut. Struktur dan kader PKS selama ini juga all out mengenalkan dan mensosialisasikan Anies Baswedan ke seluruh pelosok Tanah Air," kata Jazuli. 

Dia pun menambahkan bahwa koalisi akan segera melakukan konsolidasi untuk mengkomunikasikan dinamika yang terjadi. PKS bersama Nasdem kata dia akan menyusun langkah-langkah strategis ke depannya agar koalisi perubahan semakin solid dan kokoh dalam menyongsong Pemilu 2024.

Reporter: Ade Rosman