Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah menggagas skema tourism fund untuk mengelola dana pariwisata yang diambil dari porsi pendapatan pemerintah dari tarif visa dan devisa pariwisata yang mencapai US$ 25 miliar per tahun.
Menteri Parekraf Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya tidak akan menarik pungutan dari pelaku usaha pariwisata domestik sebagai sumber dana abadi tersebut. Dia mengatakan skema tourism fund dapat berjalan paling lambat pada semester kedua 2024.
"Jadi tidak membebani dunia usaha di sektor pariwisata karena mereka baru bangkit dari pandemi Covid-19," kata Sandiaga, di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (4/10).
Sandi menjelaskan, dana abadi itu bakal digunakan untuk memastikan pendanaan sekaligus menggencarkan promosi sektor pariwisata, terutama pada sektor pariwisata hijau dan pagelaran olahraga akbar yang sanggup menaikan kunjungan wisatawan mancanegara hingga 15%.
"Dana itu untuk mengundang event besar seperti kemarin water world conference di Bali, lalu bidding event sport besar seperti FIFA World Cup maupun event konser musik," ujar Sandi.
Lebih lanjut, kata, pihaknya masih mematangkan pihak pengelola dana tourism fund. Opsi yang ada saat ini adalah diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara Injourney atau membentuk lembaga pengelola dana khusus seperti yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan lewat lembaga pengelola dana pendidikan. Sandi mengatakan target awal dana abadi tourism fund berada di kisaran Rp 1 triliun.
"Kami akan bentuk tim khusus untuk mengkaji agar bisa menghadirkan pendanaan yang berkelanjutan, sumber dana yang akan hadir setiap tahun untuk mendukung event," kata Sandiaga.
Kementerian Parekraf menargetkan penerimaan devisa dari sektor pariwisata mencapai US$2,07 – US$5,95 miliar pada 2023, dengan target kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun ini berkisar 3,4 juta – 7,4 juta kunjungan.
Bila target atas tersebut bisa dicapai, maka devisa sektor pariwisata tahun ini tumbu hampir 40 persen dari tahun lalu. Capaian target ini diperkirakan setara dengan 4,1% dari produk domestik bruto (PDB) nasional.
Merebaknya Pandemi Covid-19 sejak awal 2020 telah meluluh lantakan sektor pariwisata Indonesia. Kunjungan wisatawan mancanegara dan penerimaan devisa sektor pariwisata jatuh ke level terendah dalam beberapa dekade terakhir.
Kunjungan wisatawan mancanegara anjlok 74,83% menjadi 4,05 juta kunjungan pada tahun pertama pandemi di 2020. Hal tersebut berlanjut pada 2021 dan susut 61,57% menjadi hanya 1,56 juta kunjungan. Kunjungan wisman pada 2021 tersebut terendah dalam dua dekade terakhir.
Turunnya kunjungan wisatawan mancanegara tersebut berdampak terhadap pendapatan devisa sektor pariwisata seperti terlihat. Pada 2020, devisa pariwisata anjlok 74,84% menjadi US$ 3,31 miliar. Demikian pula pada pada 2021 merosot 61,57% menjadi hanya US$ 520 juta.