Para penjual dan affliator mengeluhkan dampak penutupan Tiktok Shop terhadap bisnis mereka. Beberapa bahkan merasa seperti terkena Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK massal. Namun demikian, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meyakinkan penjual yang aktif di TikTok Shop masih bisa mempromosikan barang atau jasanya di di TikTok.
Menurut dia, Tiktok hanya menutup layanan Tiktok Shop. Dengan demikian, menurut dia, affiliator dan penjual tetap dapat mempromosikan barang di Tiktok Shop dengan transaksi di lokapasar lain. Menurutnya, hal tersebut dapat membentuk ekosistem bisnis yang berkelanjutan secara daring maupun luring, menjaga UMKM dan melindungi produk lokal.
"Bisnis yang dijalankan oleh seller dan affiliator tak akan terganggu dan tetap bisa berjalan," kata Teten dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis (5/10).
Tiktok Shop di Indonesia resmi ditutup pada kemarin (4/11) pukul 17.00 WIB setelah pemerintah sebelumnya menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023. Aturan tersebut mengatur proses perdagangan secara daring di dalam negeri, antara lain melarang social commerce.
TikTok pun berkomitmen untuk memberikan penuh pada pemenuhan pesanan yang telah maupun sedang berlangsung. Maka dari itu, Teten berharap agar TikTok Shop dapat segera memenuhi kewajibannya terhadap pedagang, affiliator, dan konsumen yang sebelumnya aktif berjualan di TikTok.
"Pemerintah mengapresiasi TikTok Shop karena mematuhi regulasi yang ada di Indonesia dan memahami dampak ekonomi yang perlu kami lindungi," ujar Teten.
Tiktok Shop Tutup, seperti PHK Massal
Para pedagangan dan affiliator khawatir dengan dampak penutupan Tiktok Shop terhadap nasib mereka. Sebagian besar dari mereka menjadikan Tiktok Shop sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Salah satunya adalah Ameylia yang sudah menjadi afiliator di Tiktok Shop selama 1,5 tahun.
"Tiktok Shop ini bagi saya, benar-benar seperti penyambung hidup dan penolong untuk keluarga saya," ujar pemilik akun Tiktok-nya @MissAseptiani.
Perempuan yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini bercerita, dapat membantu perekonomian keluarganya yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 melalui Tiktok Shop. Pandemi membuat ayahnya kehilangan pekerjaan sehingga Ameylia sebagai anak harus membantu ekonomi keluarganya yang terpuruk.
"Saya memilai menjadi afiliator tanpa sampel, modal, tanpa apapun, hanya dengan upload produk yang diberikan keranjang kuning. Itu bisa membantu keluarga saya untuk makan, bayar listrik, bayar sekolah, cicilan, dan kontrak rumah," ujarnya.
Ia juga meyakini, Tiktok Shop tak hanya memberikan dampak besar bagi ia dan keluarga, tetapi juga banyak affiliator hingga penjual.
Penjual pakaian Muhamad Abdurafi juga merasakan dampaknya. Ia memperkirakan, potensi pendapatannya yang hilang etelah TikTok Shop ditutup dapat mencapai 80%. Selama ini, ia memperoleh pendapatan mencapai Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per. bulan dari berjualan di TikTok Shop, sekitar Rp 100 juta hingga 200 juta per bulan dari menjadi TikTok affiliate, Rp 300 juta per bulan dari berjualan di Shopee.
“Sebab, butuh ‘keranjang kuning’ TikTok Shop,” kata Rafi kepada Katadata.co.id, Kamis (5/10).
Rafi berencana untuk berjualan melalui Shopee. Namun, menurutnya, pertumbuhan penjualan di TikTok Shop jauh lebih tinggi dibandingkan Shopee.