Presiden Joko Widodo telah bertemu dengan tiga calon presiden yang akan berlaga di Pilpres 2024. Ketiganya adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
Dalam pertemuan tersebut, keempatnya berbicara sambil bersantap siang di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/10). Sejumlah menu yang terpantau yakni nasi putih, soto lamongan, ayam kodok, sapi lada hitam, bebek panggang, cumi goreng, udang goreng telur asin hingga kaylan cah sapi.
Jokowi menitipkan pesan kepada tiga capres untuk mendukung upaya pemerintah dalam menjaga netralitas aparatur sipili negara (ASN), TNI, dan Polri. “Kami melihat itu pesan penting yang bisa membuat Pilpres aman dan damai karena penyelenggara negara menunjukkan sikap yang netral dan profesional,” kata Anies.
Capres dari koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto, mengapresiasi langkah Jokowi yang melaksanakan pertemuan privat dengan tiga capres siang ini. Dia menilai, pertemuan tersebut bisa memberikan dampak positif bagi penyelenggarakan Pemilu yang kondusif.
"Kalau tidak diundang jarang kami bisa kumpul ya. Jadi presiden berharap suasana bagus dan para capres berharap suasana baik," ujar Prabowo.
Yang menarik, ketiga capres kompak mengenakan kemeja batik motif parang. Prabowo mengenakan batik warna coklat dengan motif parang yang moderen. Lalu, motif parang Anies terlihat pada bagian tengah kemejanya yang berwarna cokelat gelap.
Terakhir, Ganjar mengenakan batik berwarna kemerahan dengan motif parang pada bagian dada. Motif yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam itu memiliki sejumlah makna.
Arti Motif Parang
Dalam berbagai sumber pemberitaan menyebut, motif parang diciptakan bangsawan Kerajaan Mataram Islam, yaitu Panembahan Senopati. Ia memiliki nama lain Sutowijoyo dan putra dan Ki Gede Pemanahan, pendiri kerajaan tersebut.
Awalnya, motif batik parang hanya dikenakan oleh para raja dan keturunanya. Kata "parang" bermakna lereng, yang terlihat pada motifnya serupa huruf S terkait satu sama lain, seperti lereng gunung.
Susunan S terkait itu juga menggambarkan ombak samudera yang kekuatannya tidak pernah habis. Karena itu, filosotif utama dari motif batik ini adalah agar manusia tidak menyerah terhadap hidup. Saling terkait satu sama lain juga bermakna manusia yang terus memperbaiki diri.
Ada juga yang mengatakan keterkaitan huruf S tersebut seolah menggambarkan seorang anak akan melanjutkan perjuangan orang tuanya. Lalu, garis diagonal pada motif batik ini melambangkan cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, dan setiap pada kebenaran.
Larangan untuk Motif Batik Parang
Dalam perkembanganya, batik parang terpecah seiring dengan retaknya Kerajaan Mataram menjadi Kerajaan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Meskipun terlihat sama, namun ada perbedaan di antara keduanya.
Di Yogyakarta, batik parangnya memiliki bentuk diagonal dari kanan atas ke kiri bawah, sedangkan di Solo kebalikannya. Melansir situs kratonjogja,id, batik parang termasuk motif tertus di Indonesia.
Motif parang rusak termasuk dalam batik larangan alias tidak bisa dipakai masyarakat biasa. Aturannya sudah ada sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II.
Pada 1789, Sultan menerbitkan arsip yang berisi aturan busana para bangsawan. Tertulis di dalamnya, parang rusak termasuk motif larangan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sir Thomas Stamford Bingley Raffles menuliskan, motif batik parang rusak merupakan batik yang hanya digunakan raja. Coraknya berbeda dengan batik lain, terutama pada pola hias dan warna.
Larangan itu juga berlaku di Solo hingga kini. Ketika putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, melangsungkan pernikahan di Puro Mangkunegaraan pada Desember 2022, para tamu yang hadir dilarang memakai motif batik parang. Motif ini khusus untuk raja dan keluarganya serta para bangsawan.