Masa Tanam November-Desember Jadi Penentu Ketahanan Beras Nasional

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/wsj.
Seorang petani menyiapkan bibit untuk masa tanam padi kedua di Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Selasa (24/5/2022).
Penulis: Andi M. Arief
9/11/2023, 06.12 WIB

Badan Pangan Nasional atau NFA menyatakan ketahanan beras nasional akan bergantung pada musim tanam akhir tahun ini. Realisasi produksi pada panen April 2023 dinilai akan menentukan kuota impor tahun depan.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mendata kebutuhan beras nasional pada paruh pertama 2024 mencapai 16,6 juta ton. Secara rinci, kebutuhan tersebut terdiri dari konsumsi normal sejumlah 15,3 juta ton dan program bantuan pangan sekitar 1,3 juta ton.

"Kecukupan beras di dalam negeri tergantung dari optimalisasi persiapan pada November-Desember 2024. Jadi kami mendorong menyediaan benih, pupuk, saluran irigasi, dan penyuluh," kata Arief dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (8/11).

Arief mengatakan kebutuhan beras tersebut belum menghitung serapan beras oleh pemerintah dalam menjaga stok Cadangan Beras Pemerintah yang dikelola Perum Bulog. Arief mengingatkan stok CBP harus dijaga setidaknya lebih dari 1 juta ton sepanjang 2024.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta tambahan anggaran Rp 5,2 triliun untuk penyerapan akhir 2023. Menurutnya, tambahan anggaran tersebut penting untuk menanggulangi dampak El Nino pada tahun depan.

Amran mengatakan tujuan tambahan anggaran tersebut adalah penjaminan pengadaan beberapa persiapan musim tanam Oktober 2023 sampai Maret 2024. Persiapan yang dimaksud adalah pengadaan bibit, benih, alat dan mesin pertanian atau alsintan, dan pupuk.

"Penyedia bibit, benih, alsintan, dan pupuk ingin kepastian. Mau penyedia dibayar pada Februari-Maret 2024 tidak apa-apa, yang penting dana ini ada," kata Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (8/11).

Amran mencatat negosiasi dengan Kementerian Keuangan terkait penambahan anggaran tersebut cukup alot. Namun Amran menyebutkan Kementerian Keuangan telah menyetujui penambahan anggaran tersebut.

Walau demikian, Amran mengakui seluruh anggaran tambahan tersebut tidak dapat dihabiskan sebelum tahun ini berakhir. Oleh karena itu, Amran mengatakan akan merelokasi anggaran Kementerian Pertanian senilai Rp 1,8 triliun untuk program penanggulangan El Nino tersebut.

"Dana tambahan yang tidak terpakai akan dilanjutkan pada 2024 dengan skema reprioritas istilahnya. Kemungkinan nanti mengambil anggaran yang sudah ada di 2024," ujarnya.

Amran mencatat pihaknya baru dapat menghabiskan anggaran tersebut senilai Rp 1,3 triliun untuk pengadaan Alsintan. Anggaran tersebut akan diserap pada pekan depan saat kontrak pengadaan tersebut dilaksanakan.

Dia menargetkan akan meneken pengadaan kontrak pada bibit, benih, dan pupuk dalam waktu dekat. Hal tersebut penting lantaran barang pada seluruh kontrak tersebut baru akan dinikmati petani secepatnya pada Januari 2024.

Amran menyampaikan seluruh anggaran tambahan tersebut akan difokuskan pada penanaman dua komoditas, yakni padi dan jagung. Amran menilai kedua komoditas tersebut menjadi komoditas strategis pada 2024.

Impor Beras Sulit

Direktur Utama Bulog Budi Waseso atau Buwas mengaku sulit dalam mendapatkan beras dari pasar global. Sebab, beberapa negara produsen beras telah menutup keran ekspornya, salah satunya India.

Buwas menjelaskan pertimbangan penutupan keran ekspor tersebut adalah penurunan produksi beras di negaranya masing-masing. Selain itu, Buwas mencatat sebagian negara produsen beras telah memiliki kontrak dengan negara-negara asal Eropa.

"Memang mendapatkan beras impor ini tidak mudah. Kemarin kami dikumpulkan presiden pada rapat terbatas dan Menteri Perdagangan menyampaikan penghentian keran ekspor beras oleh India," ujarnya.

Oleh karena itu, Buwas meminta jaminan produksi beras 2024 pada Kementerian Pertanian. Hal tersebut disebabkan oleh El Nino yang menggeser musim panen raya beras dari Maret 2024 menjadi April 2024.

Buwas meragukan volume beras pada April 2023 mengingat El Nino telah berdampak pada beberapa komoditas. Menurutnya, CBP harus segera ditambah pada kuartal kedua 2024 mengingat program bantuan pangan dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan diperpanjang hingga Juni 2024.

Buwas menghitung stok CBP pada akhir tahun ini mencapai 1,2 juta ton. Angka tersebut akan bertambah menjadi 1,6 juta ton setelah beras impor sebanyak 400.000 ton masuk pada Januari 2023.

Akan tetapi, CBP akan berangsur berkurang pada akhir kuartal pertama 2024 menjadi sekitar 900.000 ton. Sebab, bantuan pangan Januari-Maret 2024 akan menyerap CBP sekitar 640.00 ton dan SPHP sekitar 300.000 ton.

Dengan demikian, program bantuan pangan dan SPHP akan mengurangi CBP sekitar 1,8 juta ton hingga medio 2024. "Kalau tidak ditopang lagi dengan beras masuk, CBP kita minus dengan bantuan pangan dan SPHP," ujar Buwas.

Reporter: Andi M. Arief