Kementerian Kesehatan menyebar nyamuk dengan bakteri Wolbachia untuk memerangi penyakit demam berdarah dengue di lima kota. Tindakan yang merupakan bagian dari Strategi Nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue. 

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Mohammad Adib Khumaidi mengatakan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah merupakan bagian dari multi strategi mengatasi demam berdarah. Menurut Adib berbagai strategi yang dilakukan merupakan upaya bersama untuk mencegah demam berdarah. 

“Dalam mengatasi DBD bukan hanya berkaitan dengan di hulu dengan menghilangkan nyamuknya saja atau mengendalikane vektor atau nyamuknya saja tapi juga tetap ada penguatan di dalam kesadaran komunitas,” ujar Adib dalam diskusi mengenai Wolbachia, Senin (20/11). 

Sebelumnya Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan telah menyebar nyamuk dengan bawaan Wolbachia di lima daerah. Dalam upaya pencegahan DBD, Kemenkes telah menebar jentik nyamuk dengan bakteri Wolbachia di lima kota endemis dengue di Indonesia sejak awal 2023.

Merujuk laman resmi Kemenkes daerah tersebut adalah Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang. Penyebaran jentik nyamuk berbakteri Wolbachia dilakukan di 47.251 titik di Kota Semarang, 20.513 titik di Kota Bandung, 18.761 titik di Kota Jakarta Barat, 9.751 titik di Kota Kupang, dan 4.917 titik di Kota Bontang.


Penelitian Wolbachia untuk penanganan DBD di Indonesia sudah berjalan sejak 2011 di Yogyakarta. Bakteri ini bisa melumpuhkan virus dengue, penyebab DBD yang hidup di nyamuk Aedes aegypti. Di Yogyakarta, Wolbachia bisa mereduksi angka kasus DBD hingga 77%, bahkan menurunkan kebutuhan rawat di rumah sakit hingga 86%.

Wolbachia lahir bukan dari rekayasa genetik melainkan alami. Wolbachia yang ditanamkan dalam tubuh Aedes aegypti adalah wMel. Ini adalah jenis Wolbachia yang hidup di lalat buah atau Drosophila melanogaster. 

Peneliti Universitas Gadjah Mada, Ari Utarini, bahkan menjelaskan Wolbachia ditemukan pada kurang lebih 50% serangga di alam. Bakteri Wolbachia akan dimasukkan ke nyamuk Aedes aegypti betina, sehingga bila betina itu kawin, telurnya sudah berbakteri Wolbachia. 

Selanjutnya telur nyamuk ini kemudian diletakkan di tempat tinggal masyarakat, kemudian menetas dan menjadi nyamuk dewasa. Siklus ini akan terjadi terus menerus sehingga menekan jumlah penyakit DBD. 

Meski demikian, Wolbachia gunakan sebagai pelengkap penanganan DBD, bukan menggantikan program yang sudah ada seperti vaksin dan fogging. Lebih lanjut, epidemiolog UGM Riris Andono Ahmad menemukan ada potensi Wolbachia mengeliminasi DBD. Oleh sebab itu pihaknya akan memberhentikan intervensi dan memantau perkembangan Wolbachia di sana.

“Memang akan tetap ada kasus dengue karena infeksi orang yang datang dari luar daerah. Tapi melihat bagusnya efek di Yogyakarta, ini memberi harapan mencapai eliminasi dengue,” kata Andono. 

Melansir laman Dinas Kesehatan Kota Semarang,  penyebaran Wolbachia sudah dilakukan pada 30 Mei 2023 di Kecamatan Tembalang. Proses penyebarannya serentak dilakukan di 12 kelurahan mulai dari 8 September 2023. 

Selanjutnya, 11 kelurahan di Kecamatan Banyumanik kedatangan telur Wolbachia pada 23 Oktober 2023. Lalu, 16 kelurahan di Kecamatan Gunungpati pada 21 November 2023. 




Reporter: Amelia Yesidora