Juru bicara Tim Pemenangan Anies-Imin (Timnas AMIN), Surya Tjandra mengatakan, model kampanye dengan gimik bisa membahayakan demokrasi. Salah satu gimik yang ia soroti adalah sebutan gemoy untuk calon presiden Prabowo Subianto.
“Ini jadi berbahaya sekali ya, model kampanye yang mirip-mirip dengan Bongbong Marcos,” kata Surya di acara Political Show CNN Indonesia TV dilansir Selasa (28/11).
Surya menjelaskan Bongbong Marcos, anak dari Ferdinand Marcos, adalah pemimpin otoritarian Filipina. Menurutnya, gaya kepemimpinan Ferdinand mirip seperti era Orde Baru Indonesia.
Anaknya, Bongbong, terpilih menjadi Presiden Filipina. Banyak pihak meyakini kemenangan ini karena Bongbong berhasil menggaet suara pemilih muda di media sosial.
“Ini bisa come back karena manipulasi masyarakat yang tidak mengalami masa orde baru,” katanya.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, membantah pihaknya hanya menjual gimmick Prabowo Subianto sebagai presiden gemoy kepada publik.
Menurut dia, kesan gemoy yang muncul terhadap Prabowo bukanlah ide yang lahir dari tim sukses calon presiden calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
“Kan harus diingat gemoy ini yang sekarang menjadi perhatian dan menarik perhatian para anak muda itu tumbuh secara organik loh bukan kami yang bikin ide gemoy," kata Rosan seperti dikutip Senin (27/11).
Menurut Roslan kesan presiden gemoy hanya menjadi alat untuk menarik perhatian para pemilih muda yang memang menjadi target utama TKN. Ketika perhatian pemilih mudah sudah didapatkan, maka pihaknya akan dengan mudah menawarkan program kerja Prabowo-Gibran kepada anak muda.