Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono membuka peluang bagi investor untuk membangun industri pakan ikan. Mayoritas atau 89% kebutuhan pakan ikan didalam negeri saat ini masih diimpor.
“Investor kalau mau 100% lokal, itu yang kita tunggu. Semuanya masih impor lagi, impor lagi. Kita tidak mandiri,” kata Menteri Trenggono saat memberikan sambutan pada Pertemuan Nasional Perikanan Budi Daya Berbasis Ekonomi Biru di Jakarta, Senin (8/12), seperti dikutip dari Antara.
Ia mengakui ketergantungan pada pakan ikan impor sangat mengkhawatirkan. Indonesia belum memiliki kemampuan mumpuni untuk mencari pengganti pakan ikan yang terbuat dari tepung ikan.
Ia pun khawatir jika sewaktu-waktu negara penghasil pakan menutup pintu ekspor dan berakibat pada sulitnya proses budidaya.
“Kami harus bergerak. Apabila kita tidak bisa melakukan itu, ujung-ujungnya kita akan jadi negara yang ketinggalan,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen Budidaya secara aktif melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan institusi dari luar negeri untuk menemukan solusi substitusi pakan ikan.
“Untuk kemudian kita bisa menemukan solusi kira-kira substitusi pakan yang berasal dari tepung ikan itu bisa diganti dengan yang dari bahan tanaman misalnya,” kata dia.
Kerja sama industri dengan lembaga riset terbukti mampu meningkatkan bahkan hingga menguasai pasar udang dengan produksi mencapai 220 ribu ton per tahun karena berhasil mengembangkan pakan ternak dan produktivitas.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat estimasi pasar makanan laut global pada 2021 mencapai US$ 310,75 miliar dan diproyeksikan meningkat menjadi US$ 338,47 miliar pada 2022. Jumlahnya bahkan diperkirakan meningkat menjadi US$ 730,28 pada 2030.