Mahfud Sebut Pengungsi Rohingya Jadi Beban: Suatu Saat Akan Kami Tutup

ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/wpa.
Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD menjawab pertanyaan mahasiswa saat Seminar Kebangsaan di Universitas Buddhi Dharma (UBD), Kota Tangerang, Banten, Rabu (29/11/2023).
20/12/2023, 19.14 WIB

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan Indonesia bisa saja menutup pintu bagi para pengungsi Rohingya. Ini bisa diberlakukan jika kedatangan para pencari suaka yang dijuluki 'manusia perahu' menimbulkan persoalan di masyarakat, khususnya bagi warga Aceh.

Pihaknya kini tengah berkoordinasi dengan tiga pimpinan daerah yakni Aceh, Riau dan Sumatra Utara (Sumut) untuk menentukan lokasi yang paling layak sebagai lokasi pengungsian sementara.

Ini karena jumlah pengungsi Rohingya terus bertambah sejak tahun 2015. Kondisi ini mengakibatkan tempat penampungan yang disediakan tak cukup lagi.

“Tentu kita tampung sifatnya sementara, untuk pada saatnya nanti kita akan menutup sama sekali karena itu menjadi beban,” ujar Mahfud usai mengisi agenda Peringatan Hari Migran Sedunia di Margo Hotel Depok, Jawa Barat pada Rabu (20/12).

Menurut Mahfud, maraknya para pengungsi Rohingnya di wilayah utara Sumatra telah menimbulkan polemik dan kecemburuan sosial dengan warga lokal. Ia mengatakan mayoritas warga lokal saat ini menolak kehadiran para pengungsi Rohingya.

“Mereka merasa cemburu sehingga sudah mulai menolak Rohingnya,” kata Mahfud

Pengungsi etnis Rohingya terdampar di Aceh Timur (ANTARA FOTO/Hafidiah/Lmo/Spt.)

Mahfud menjelaskan Indonesia belum meratifikasi Konvensi PBB 1951 tentang pengungsian, sehingga Pemerintah belum memiliki kewajiban untuk menyediakan suaka bagi para pengungsi.

"Yang ikut tandatangan negara tetangga tapi dibuangnya ke Indonesia terus. Indonesia bisa mengusir mereka, tapi kami menolong,” ujar Mahfud.

Total pengungsi Rohingya yang mendarat di Pulau Sabang pada 21 November lalu berjumlah 220 jiwa yang terdiri dari dari 72 orang laki-laki, 92 orang perempuan, dan 56 anak-anak.

Selain 220 pengungsi di Pulau Sabang, terdapat juga 249 jiwa imigran Rohingya kembali mendarat di pesisir pantai Aceh. Mereka mendarat di kawasan tempat penampungan ikan Lapang Barat Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen.

Para imigran tersebut sebelumnya ditolak oleh masyarakat Jangka Bireuen, hingga kemudian mendarat di Aceh Utara. Mereka kembali mendapat penolakan dari masyarakat Aceh Utara hingga kapal yang mengangkut pengungsi didorong lagi ke lautan. Akhirnya, para imigran Rohingya itu mendarat di wilayah Lapang Barat Bireuen.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu