Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memaparkan gempa bumi berkekuatan 4,8 magnitudo yang mengguncang wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, diperkirakan akibat aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Dalam analisis yang disusun oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu disebutkan Sesar Cileunyi-Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri, yang sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari terus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dengan nilai laju geser berkisar antara 0,19-0,48 milimeter per tahun. "Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman dari data BMKG, maka kejadian gempa bumi ini diperkirakan akibat aktivitas sesar tersebut," tulis PVBMG dalam rilis resmi Senin (1/1).
Menurut analisis PVMBG, morfologi daerah sekitar pusat gempa bumi merupakan dataran hingga dataran bergelombang, lembah, perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal. Wilayah ini secara umum disusun oleh endapan kuarter, yaitu endapan berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau.
Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan. "Endapan kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi."
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan gunung api yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa yang terjadi pada Minggu (31/12) tersebut berada di koordinat 107,94 BT dan 6,85 LS, berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang, Provinsi Jawa Barat, dengan kekuatan 4,8 magnitudo pada kedalaman 5 kilometer.
Sebelumnya stasiun BMKG pada hari yang sama juga mencatat kejadian gempa bumi pada pukul 14:35:34 WIB dengan magnitudo (M4,1) dan pukul 15:38:10 WIB dengan magnitudo (M3,4).
BMKG Imbau Warga Sumedang Waspadai Longsor
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan badan yang ia pimpin belum dapat memastikan sumber gempa yang mengguncang wilayah Sumedang sebanyak tiga kali berturut-turut itu. "Untuk saat ini, kami sifatnya masih memonitor, belum bisa memastikan sumber dari gempa ini. Sehingga, kami belum bisa memastikan penyebabnya," kata dia Senin (1/1) dini hari.
Ia menjelaskan gempa Sumedang dapat dipicu oleh tiga sesar aktif yaitu Sesar Lembang, Sesar Baribis dan Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Namun, kata dia, jarak ketiga sesar tersebut dengan pusat gempa Sumedang cukup jauh. Menurut dia, tak tertutup kemungkinan penyebab gempa adalah patahan baru yang belum dapat diidentifikasi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa serupa pernah dialami Sumedang pada 19 Desember 1972. "Dampak gempa saat itu lebih besar. Meski begitu, arga di Sumedang harus tetap waspada, terutama di wilayah perbukitan, karena gempa yang terjadi dapat memicu bencana longsor," kata dia.
Daryono mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada karena wilayah Sumedang didominasi kawasan perbukitan yang rawan longsor.
Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, kejadian gempa bumi tersebut mengakibatkan kerusakan rumah penduduk di kawasan Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler; Kampung Rancapurut, Desa Rancamulya; Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan.
Paska gempa, Penjabat (Pj) Bupati Sumedang Herman Suryatman menyebutkan tidak ada korban jiwa dalam rentetan gempa bumi di Sumedang tersebut. Namun, tercatat 53 rumah rusak dan tiga orang luka ringan.
Sebagai langkah antisipasi, sebanyak 248 pasien rawat inap dan 83 pasien IGD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang dievakuasi ke lima tenda di sekitar rumah sakit. "Pasien sudah mendapatkan perawatan intensif," kata dia.