Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan jika masyarakat untuk tak menghiraukan tekanan psikologis soal pemilu. Secara khusus, Mahfud meminta tekanan yang diterima melalui sambungan telepon untuk tak terlalu dihiraukan.
Mahfud mengatakan, jika masyarakat menerima semacam ketidaknyamanan seperti itu sebaiknya tak perlu dilawan terlalu berlebihan. Meski demikian, mereka tetap harus mengikuti hati nuraninya saat pencoblosan.
"Berbagai telepon-telepon yang setengah mengancam dan sebagainya, menurut saya tidak apa apa. Tidak usah dilawan terlalu berlebihan, diiyakan saja," kata Mahfud kepada wartawan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (3/1).
Kendati demikian, Mahfud mengatakan, nantinya pada saat pencoblosan 14 Februari 2024 masyarakat memilih berdasarkan hati nuraninya, bukan karena sejumlah faktor lainnya, termasuk intimidasi tersebut.
"Bukan karena bantuan, bukan karena tekanan, bukan karena intimidasi, kembali ke hati nurani," kata Mahfud.
Mahfud mengatakan, hal itu karena nasib masyarakat dan negara lima tahun ke depan ditentukan lewat sikap di Pemilu mendatang. Ia pun menekankan agar memilih sesuai dengan ketentuan konstitusi yakni bebas, langsung, dan juga rahasia.
"Karena lima tahun ke depan, nasib rakyat dan negata ini ditentukan oleh sikap rakyat dalam Pemilu," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut.