Badan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menyoroti perusahaan pembuat roket dan satelit, SpaceX, yang memecat delapan karyawannya secara tidak sah. Latar belakang pemecatan ini diduga karena mengkritik pendiri dan CEO Elon Musk.
Akar masalah ini dimulai dengan surat terbuka karyawan kepada eksekutif SpaceX pada Juni 2022. Karyawan mengeluhkan serangkaian tweet yang dibuat Musk sejak 2020 yang sebagian besar bernada seksual.
Para karyawan menganggap pernyataan Musk tidak sejalan dengan kebijakan perusahaan tentang keragaman dan pelanggaran di tempat kerja, dan meminta SpaceX untuk mengecamnya.
Sebaliknya, pejabat SpaceX menginterogasi karyawan tentang surat tersebut. SpaceX diduga meremehkan para pekerja yang terlibat dengan dan mengancam akan memecat pekerja yang terlibat. Hingga kini, SpaceX belum menanggapi kabar ini.
Salah satu karyawan yang dipecat, Deborah Lawrence, mengatakan SpaceX memiliki "budaya toxic" seperti toleransi terhadap pelecehan. "Kami menulis surat terbuka kepada pimpinan bukan karena kebencian, tetapi karena kami peduli dengan misi dan orang-orang di sekitar kami," kata Lawrence dikutip dari Reuters, Rabu (3/1).
Pemerintah Amerika melalui Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB) turun tangan. Seorang pejabat NLRB mencatat berbagai keluhan para pekerja seperti dugaan SpaceX melanggar hak-hak pekerja di bawah undang-undang ketenagakerjaan federal. NLRB memberikan batas waktu buat SpaceX menyelesaikan kasus tersebut. Bila tidak, kasus akan disidangkan oleh hakim administratif pada 5 Maret 2024.
Bila NLRB bisa membuktikan pemecatan karyawan tersebut melanggar undang-undang ketenagakerjaan, maka SpaceX wajib mempekerjakan dengan membayar upah kembali.
Selain itu, jika SpaceX terbukti melanggar hukum, perusahaan berpotensi menerima hukuman yang lebih berat dalam kasus-kasus di masa depan.
Pada November, Reuters mencatat ada 600 kecelakaan kerja yang diduga tidak dilaporkan di fasilitas SpaceX. Kasus tersebut seperti kecelakaan yang menyebabkan anggota tubuh hancur, sengatan listrik, cedera kepala, dan satu kematian. SpaceX tidak menanggapi atas temuan tersebut.
Tesla juga menghadapi beberapa laporan terkait diskriminasi ras yang meluas di pabrik-pabriknya. Tesla membantah dengan mengatakan tidak mentolerir diskriminasi.