Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto sempat mengkritik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ini karena BUMN kerap mematok harga tinggi hingga tradisi kerja yang masih bertahan dengan pola lama.
Prabowo sempat menceritakan pengalamannya menggandeng BUMN untuk menggarap proyek universitas dan rumah sakit milik Kementerian Pertahanan (Kemhan). Namun perusahaan pelat merah yang tak disebut namanya itu mematok harga yang menurut Prabowo terlalu mahal.
Keputusan tersebut membuat Prabowo mengalihkan pengerjaan infrastruktur itu kepada kontraktor swasta yang dianggap sanggup memberikan nilai proyek lebih rendah dan waktu pengerjaan yang lebih cepat.
"Saya tidak sebut BUMN-nya, enggak enak. Dia kasih anggaran tinggi banget. Sebelum masuk pemerintahan saya juga pengusaha, jadi agak mengerti sedikit," kata Prabowo saat mengisi dialog capres bersama Kadin di Djakarta Theater pada Jum'at (12/1).
Prabowo menguraikan Kemhan punya program pembangunan delapan universitas dan satu rumah sakit militer. Batal menggunakan BUMN, Kemhan menunjuk jasa kontraktor swasta untuk membangun tiga universitas dan rumah sakit.
Menurutnya, kontraktor swasta bersedia mengerjakan proyek lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Prabowo mengklaim fasilitas kesehatan pabrikan Kemhan ini akan menjadi rumah sakit militer terbesar se-Asia Tenggara dengan kapasitas 1.000 tempat tidur dan 136 ICU.
"(Tingginya) 26 lantai, waktu pembangunannya 1 tahun. Pihak swasta itu mau kalau dikerjar-kejar," ujarnya.
Prabowo menganggap, kinerja BUMN yang cenderung konservatif diletarbelakangi oleh tradisi pimpinan BUMN yang datang dari sosok titipan dari pejabat tertentu.
"Kadang BUMN maaf saja, kadang si pimpinan BUMN keenakan dipasang di situ, mungkin karena ada backing ada sponsor," katanya.