Impor dan Harga Pangan Jadi Isu yang Disorot dalam Debat Cawapres

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/nym.
Pekerja membuat tempe berbahan kedelai impor di sentra industri tahu tempe di Sanan, Malang, Jawa Timur, Selasa (9/1/2024). Pengusaha tempe setempat mengeluhkan harga kedelai impor yang kembali mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat sejak tiga bulan terakhir yakni dari Rp 10.000 menjadi Rp11.500 per kilogram sehingga mereka membatasi jumlah produksi hanya empat kwintal per hari meski permintaan tempe meningkat.
21/1/2024, 18.32 WIB

Ekonom berharap para cawapres dapat mengemukakan gagasan untuk mengatasi harga dan impor pangan saat debat di JCC, Jakarta, malam ini Minggu (21/1). Debat cawapres akan membahas tema lingkungan hidup, pangan, ekonomi karbon, dan energi.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin, para paslon didorong untuk memberikan gagasan dalam kestabilan dan pemerataan harga pangan, terutama beras. Pasalnya, hingga saat ini Indonesia masih melakukan impor beras, gula, hingga kedelai.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin, mengatakan kenaikan harga beras di Indonesia tidak terkendali setahun terakhir. Padahal pemerintah, telah melakukan impor beras hingga 2,5 juta ton.

Bustanul berharap momen debat malam ini para paslon dapat memaparkan mengenai rencana konkret.

"Saya harap Cawapres ada reform soal ini. Tidak sekadar normatif stabilisasi harga, tapi bagaimana caranya?" kata Bustanul dalam diskusi publik Diskusi Publik INDEF 'Mengurai Gagasan Cawapres mengenai Isu Pembangunan Berkelanjutan' pada Jumat (19/1).

Bustanul mengatakan, kestabilan stok pangan penting untuk menjaga harga pangan. Dia mengatakan, terdapat pergeseran musim tanam yang diikuti mundurnyta musim panen.

"Enam tahun terakhir, 65% padi kita dipanen Maret, April, Mei. Namun, ada pergeseran pada 2020 karena 2019 ada kekeringan sehingga masa tanam terlambat yang diikuti mundurnya musim panen," ucapnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. Ia menuturkan, isu pangan yang krusial saat ini berkaitan dengan besarnya impor.

"Baik impor beras, gula serta impor kedelai. Jadi solusinya memperbaiki di hulu pertanian sepertinya apa?" kata Bhima saat dihubungi Katadata, Kamis (18/10).

Bhima mengatakan biaya logistik yang tinggi menyebabkan kenaikan harga pangan. Pemerintah saat ini telan membangun berbagai infrastruktur dengan anggaran yang sangat besar. Namun demikian, upaya pemerintah ini masih belum signifikan menekan ongkos logistik sehingga disparitas harga barang termasuk pangan masih terjadi antar pulau Jawa dengan Luar Jawa.

Dalam debat, Bhima menunggu gagasan-gagasan paslon untuk menjawab keresahan masyarakat.

"Misalnya kenapa tol laut tidak efektif, menurunkan biaya logistik. Bagaimana infrastruktur yang dibangun malah jalan tol, kereta cepat padahal yang dibutuhkan adalah kita bisa menurunkan disparitas harga pangan antara wilayah Jawa dengan luar Jawa," katanya.

Berikut program Capres dan Cawapres terkait isu pangan dan pertanian:

Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskadar

  1. Kesejahteraan petani, fasilitasi pasar, harga jual, tata niaga transparan dan akuntabel, dan dana murah;
  2. Stabilisasi harga hasil panen, pembelian hasil panen yang menguntungkan petani;
  3. Minimalisas impor, produksi pangan, diversifikasi pangan produk lokal, jaringan irigasi dan logistik, afirmasi petani untuk akses terhadap lahan.
  4. Penyuluh pertanian di setiap desa, Bantuan Hukum dan Usaha (Bahu Desa).

Pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka

  1. Food Estate padi, jagung, singkong, kedelai, dan tebu;
  2. Produksi dan produktivitas, ketersediaan pupuk, benih, pestisida langsun ke petani;
  3. Lembaga pembiayaan untuk menguntungkan usaha tani rakyat;
  4. Tatakelola impor pangan pokok, agar efektif-optimal;
  5. Makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil.

Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD

  1. Ketersediaan pangan dalam negeri aman, berkualitas, murah, terdiversifikasi, stabilisasi harga pangan;
  2. Sarana prasarana untuk petani, peternak & nelayan.
  3. 3Industri pangan berdaya saing, mewujudkan industri pangan berkelanjutan.
  4. Menghentikan alih guna lahan, pengelolaan tata ruang adil dan berkelanjutan.
  5. Meningkatkan nilai tukar petani, perdagan pro produksi dalam negeri.
Reporter: Rena Laila Wuri