Mengenal Gerakan Salam 4 Jari, Ajakan agar Rakyat Tidak Pilih Prabowo
Kurang dari sebulan menjelang hari pencoblosan Pilpres 2024, muncul gerakan salam 4 jari yang viral di media sosial, terutama X dan Instagram. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk memilih selain pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Melalui gerakan ini, para pemilih didorong untuk memilih antara pasangan capres dan cawapres nomor urut 1 dan 3, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, serta Ganjar Pranowo-Mohammad Mahfud Mahmodin atau Mahfud MD.
Gerakan salam 4 jari diikuti oleh sejumlah warganet atau netizen, yang kemudian mengunggah twibbon foto disandingkan dengan lambang empat jari, dengan disematkan keterangan 'Satu tiga tambah kita' dan disertai tagar #BukanPrabowoGibran.
Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Timnas AMIN, Muhammad Ramli Rahim mengatakan, salam 4 jari merupakan gerakan perlawanan rakyat terhadap Presiden Joko Widodo, yang dianggap berkeinginan memenangkan paslon tertentu. Gerakan ini memang muncul usai Kepala Negara mengungkapkan, bahwa Presiden boleh berkampanye dan berpihak.
"Gerakan salam empat jari saya kira muncul sebagai respons atas kegelisahan dan langkah-langkah pendek ‘sang raja’," kata Ramli dilansir dari Republika.
Munculnya Gerakan Salam 4 Jari dan Maknanya
Gerakan ini diinisiasi oleh Presidium Nasional Partai Hijau Indonesia John Muhammad. Tujuannya, menggerakkan hati para pemilih mengambang yang belum menentukan pilihan, agar memilih paslon nomor urut 1 atau 3 dalam Pilpres 2024.
Mengutip BBC, John berharap gerakan salam 4 jari dapat mengurangi potensi terjadinya pelaksanaan satu putaran, seperti yang diharapkan kubu paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Saya mewakili kelompok orang yang tidak menginginkan paslon nomor urut 2 menang, jadi perlu ada koalisinya. Mengapa empat jari? Karena 1 ditambah 3, tapi empat jari juga punya makna, kita membela demokrasi," ujarnya.
John mengatakan beberapa alasan mengapa gerakan salam 4 jari ini lahir. Pertama, banyak pihak menilai pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 tidak layak dipilih.
Kedua, banyak kalangan dari masyarakat sipil menilai perlu solidaritas yang besar, lebih dari sekadar gabungan pendukung Anies-Cak Imin, dan Ganjar-Mahfud. Melainkan dari para pemilih yang sampai saat ini masih belum menentukan sikap, alias pemilih mengambang.
Gerakan salam 4 jari juga muncul, karena kesadaran akan semakin besarnya keinginan untuk memaksakan kemenangan satu putaran bagi pasion nomor urut 2. Selain itu, ia juga menyoroti banyaknya invisible hands yang tak menghendaki terbentukya koalisi antara paslon 1 dan 3 apabila Pilpres 2024 terjadi dalam dua putaran.
Dalam unggahan di akun Instagram @johnmuhammad_, ia juga menjelaskan makna simbol empat jari yang disematkan sebagai nama gerakan ini. Pertama, empat merupakan angka gabungan paslon 1 dan 3 (1+3=4). Ini merupakan makna sederhana di balik gerakan ini.
Selain itu dalam salam 4 jari juga menjadi simbol pengamalan sila keempat dalam Pancasila, yakni 'Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan'. Ini bermakna bahwa gerakan ini mengajak segenap masyarakat untuk membela demokrasi, karena adanya kekuatan-kekuatan yang memaksakan paslon nomor urut 2 untuk menang mutlak.
Empat jari juga merupakan isyarat internasional untuk tanda bahaya dan/atau meminta pertolongan. Lalu, empat merupakan simbol kekuatan politik baru, untuk melawan oligarki dan politik dinasti.
Inspirasi di Balik Gerakan Salam 4 Jari
John mengungkapkan, gerakan ini terinspirasi dari gerakan yang mendorong kemenangan Luiz Inácio Lula da Silva atau Lula, dalam pemilihan presiden Brazil 2022 lalu. Saat itu, Lula bersaing dengan petahana Presiden Jair Bolsonaro.
Dalam Pilpres Brazil 2022, Lula memperoleh suara terbanyak pada putaran pertama pemilu pada 2 Oktober, dengan 48,43% suara. Sementara, Bolsonaro memperoleh 43,20%. Pada putaran kedua pada 30 Oktober, Lula memperoleh 50,9% suara, dan secara sah memenangkan Pilpres Brazil 2022.
Kemenangan Lula ini berkat bersatunya berbagai elemen masyarakat, yang jengah dengan pemerintahan Bolonero, yang dipandang 'sayap kanan ekstrem'. Inilah yang ingin diraih melalui gerakan salam 4 jari di Indonesia.
Adanya keinginan agar Pemilu berlangsung adil (fair) dan tidak direcoki oleh upaya-upaya memaksakan calon tertentu untuk menang menjadi dasar gerakan yang diinisiasi oleh John Muhammad.
Pemaksaan dan penggunaan kekuasaan untuk meraih kemenangan dalam Pemilu juga terjadi di Brazil. Saat Pemilu 2022, sang petahana, Bolsonero, divonis bersalah oleh Mahkamah Agung Brazil, karena melemahkan validitas pemilu demokratis, serta menyalahgunakan kekuasaan dalam menggunakan saluran pemerintah untuk mempromosikan kampanye.
Ia juga divonis bersalah terkait penyerangan terhadap gedung-gedung pemerintah federal pada 8 Januari 2023, yang dilakukan oleh pendukungnya sebagai upaya kudeta.
Di Brazil, upaya-upaya memaksakan kemenangan dalam Pemilu ini, mendapatkan sanksi berat. Bolsonero beserta wakilnya Braga Netto, dilarang untuk mencalonkan diri sebagai pejabat publik hingga 2030. Keputusan tersebut berlaku untuk pemilihan kota, negara bagian, dan federal.
Penyatuan berbagai elemen masyarakat, terutama pemilih mengambang, untuk mencegah Pilpres 2024 dikendalikan oleh kekuasaan, seperti yang terjadi di Brazil, menjadi inspirasi gerakan salam 4 jari.