Masalah banjir DKI Jakarta masih belum terselesaikan. Terbukti, saat hujan deras mengguyur Ibu Kota pada Senin (5/2) sore, beberapa wilayah langsung tergenang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan, sebanyak 13 RT terendam banjir akibat hujan yang mendera sejak siang.
Mengatasi banjir tersebut, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah. Selain itu, koordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air, Dinas Bina Marga, dan Dinas Gulkarmat, juga dilakukan untuk melakukan penyedotan genangan, serta memastikan tali-tali air di wilayah Jakarta berfungsi dengan baik.
Titik Banjir DKI Jakarta
Adapun, ke-13 titik banjir yang terjadi pada Senin (5/2) tersebut, tersebar di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, dengan perincian sebagai berikut:
1. Jakarta Barat
Titik banjir di wilayah Jakarta Barat tercatat sebanyak lima RT yang tersebar di tiga Kelurahan, antara lain:
Kelurahan Kelapa Dua
Jumlah: 2 RT
Ketinggian: 60 cmKelurahan Sukabumi Selatan
Jumlah: 2 RT
Ketinggian: 160 cm
Kelurahan Sukabumi Utara
Jumlah: 1 RT
Ketinggian: 30 cm
2. Jakarta Selatan
Di wilayah Jakarta Selatan, titik banjir Jakarta tercatat sebanyak delapan RT yang tersebar di dua kelurahan, antara lain:
Kelurahan Tegal Parang
Jumlah: 7 RT
Ketinggian: 80 cm
Kelurahan Pancoran
Jumlah: 1 RT
Ketinggian: 50 cm
Meski masih tergolong tinggi, namun titik banjir di DKI Jakarta awal pekan ini masih lebih rendah dibandingkan yang terjadi saat hujan besar pertengahan pekan lalu, yakni pada Rabu (31/1), saat hujan deras mengguyur Jakarta sejak pagi.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dipublikasikan dalam portal Jakarta Satu, titik banjir Jakarta pada Sabtu (3/2) tercatat hanya dua RT pada pukul 06.00 WIB, dengan cepat naik menjadi 17 RT pada pukul 09.00 WIB.
Jumlah titik banjir kemudian naik drastis menjadi 36 RT pada pukul 13.00 WIB, sebelum berangsur-angsur turun seiring dengan redanya hujan. Pada pukul 21.00 WIB, titik banjir Jakarta tercatat hanya menyisakan dua RT.
Penyebab Seringnya Jakarta Mengalami Banjir
Secara geografis, DKI Jakarta adalah dataran rendah yang berada di antara hulu sungai dan pesisir. Penyebab banjir Jakarta sendiri terdiri dari tiga.
Pertama, hujan yang terjadi dengan intensitas tinggi dalam durasi yang lama di wilayah Jakarta akan mengisi salurah-saluran air dan daerah cekung. Jika tidak tertampung, air akan meluap hingga menyebabkan banjir.
Selain itu, berdasarkan keterangan Pantau Banjir Jakarta, dimensi drainase yang ada di wilayah ini dirancang untuk menampung debit air dengan curah hujan maksimal 120 mm/hari. Sehingga, ketika hujan besar melanda dengan curah melebihi kapasitas, maka drainase yang ada tidak sanggup menampung.
Kedua, adanya banjir kiriman dari wilayah Jawa Barat dan Banten. Karena berada di wilayah dataran rendah, serta memiliki 13 aliran sungai, banjir Jakarta dapat terjadi jika hujan deras mengguyur wilayah hulu sungai.
Hujan dengan intesitas tinggi di daerah hulu, yakni Jawa Barat dan Banten, akan terbawa melalui aliran sungai ke Jakarta sebelum lepas ke laut. Hal inilah yang membuat sungai yang bermuara di Jakarta meluap dan mengakibatkan banjir. Pada saat kondisi tertentu, kapasitas aliran sungai di Jakarta tidak cukup menampung air, sehingga terjadi limpasan di beberapa bantaran sungai.
Selain karena curah hujan tinggi dan kiriman debit air dari hulu, Jakarta juga rentan terkena pasang air laut atau rob. Ini umumnya terjadi di wilayah pesisir atau tepi laut Jakarta. Tak hanya air laut pasang, penurunan muka tanah di wilayah utara Jakarta juga menjadi faktor terjadinya banjir.
Upaya Menanggulangi Banjir
Untuk menanggulangi banjir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyiapkan sejumlah infratsuktur sepanjangh 2023, yakni 799 unit pintu air di 547 lokasi. Selain itu, terdapat pula 566 unit pompa mobile dan 549 unit pompa stasioner yang terletak di 195 lokasi, untuk mengurangi wilayah terdampak banjir.
Pemprov DKI Jakarta juga memiliki 240 unit alat berat, yang digunakan untuk mengendalikan banjir. Penanggulangan banjir juga diwujudkan dengan pembangunan Sodetan Ciliwung sepanjang 1.268 meter, yang diklaim mampu mengalihkan 60 meter kubik per detik air Kali Ciliwung ke BKT dan Kali Cipinang.
Lalu, pengerukan lumpur di 304 lokasi dengan total lebih dari 1,1 juta meter kubik juga diklaim mampu mengurangi area terdampak banjir di DKI Jakarta sepanjang 2023.
Hasilnya cukup terasa, sebab titik banjir di DKI Jakarta sedikit demi sedikit turun. Pada November 2023 tercatat ada 69 RT mengalami banjir di DKI Jakarta, dan terus berkurang menjadi 19 RT pada 5 Januari 2024, dan kemudian menjadi 13 RT pada 5 Februari 2024.