Ahli hukum tata negara dari Universitas Andalas, Feri Amsari merupakan salah satu dari tiga narator dalam film dokumenter Dirty Vote. Feri mengatalan film yang disutradarai Dandhy Laksono itu menjabatkan kecurangan yang sangat brutal di Pemily 2024.
Dalam film tersebut, Feri, bersama dua ahli hukum tata negara lainnya yakni Zainal Arifin Mochtar dan Bivitri Susanti menjabarkan dugaan kecurangan tersebut. Feri mengatakan, tujuan film tersebut sebagai pendidikan politik karena menurut mereka Pemilu 2024 dipenuhi oleh kecurangan.
"Kecurangan kita sudah sangat brutal di seluruh lini dan berpotensi merusak nilai Pemilu," kata Feri saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (12/2).
Ia mengatakan pemilu yang akan dilangsungkan hanya sekadar topeng belaka. Menurutnya, pemenang pesta politik tahun ini telah direkayasa sedemikian rupa untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
"Harapannya, publik benar-benar berniat mengalahkan rezim bersama-sama, awasi pemilu, pantau pemilu kita agar konstitusi bisa dikembalikan kepada marwahnya," katanya.
Feri mengatakan, hal itu penting untuk memastikan negara berlangsung tidak atas kepentingan keluarga namun untuk konstitusi.
Film dokumenter tersebut dirilis Ekspedisi Indonesia Baru pada Minggu (11/2) dan mendapat perhatian dari masyarakat luas. Dalam film berdurasi kurang lebih dua jam tersebut, ketiga ahli hukum tata negara itu memaparkan setiap peristiwa yang mengikat tiga kubu paslon disertai penjelasan menurut perundang-undangan dari setiap kecurangan.
Sedangkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menganggap perilisan film berdurasi 1 jam 57 menit pada masa tenang tak elok. “Itu kan namanya black movie, black campaign,” kata Airlangga di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (12/2).
Dia berharap kepada seluruh pihak agar menjaga iklim suasana pemilu tetap kondusif sekaligus mencegah situasi kekeruhan saat hari pencoblosan. “Jangan ada pemilu yang diganggu oleh hal-hal semacam itu,” ujar Ketua Umum Partai Golkar itu.