Membaca Kemenangan Prabowo dan Anomali Suara di Pemilu, Apa Pemicunya?

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/YU
Simpatisan menghadiri kegiatan kampanye akbar Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Denpasar, Bali, Senin (5/2/2024).
Penulis: Ira Guslina Sufa
16/2/2024, 08.36 WIB

Dua hari setelah pencoblosan, pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka terus unggul di hasil hitung sementara yang tengah dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Merujuk data real count dari Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik (Sirekap) KPU, pada Jumat (16/2) pukul 08.30 WIB pasangan Prabowo - Gibran unggul dengan 56,8% suara. 

Di urutan kedua real count KPU, pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar mengejar dengan selisih suara yang cukup signifikan. Pasangan nomor urut 1 itu mengantongi suara 25,27%. Di urutan terakhir Ganjar Pranowo - Mahfud MD meraih 17,86% suara. Perhitungan ini baru didasarkan data 48,9% dari seluruh total suara yang ikut pemilu 2024. 

Bila KPU masih merampungkan hasil hitungan riil di lapangan, sejumlah lembaga survei telah merilis hasil hitung cepat atau quick count pilpres 2024. Dari semua lembaga survei yang menggelar quick count, Prabowo - Gibran unggul dengan suara rerata 58%. Mayoritas data yang terkumpul di lembaga survei sudah lebih dari 98%. 

Bahkan dua lembaga survei yaitu Populi Center dan Cyrus Network telah merampungkan 100% perhitungan. Hasilnya di quick count Populi Center, pasangan Prabowo - Gibran meraih 59,04%. Sedangkan menurut survei Cyrus Network pasangan yang didukung Partai Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional, Demokrat, Partai Bulan Bintang, Partai Solidaritas Indonesia, Gelora, Garuda dan Prima ini meraih 58,22%. 

Pidato kemenangan Prabowo-Gibran (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/Spt.)

Peneliti dari Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengatakan hasil pilpres 2024 tak memberi kejutan. Sebelum pemilu digelar, Indikator sudah menemukan hasil survei Prabowo - Gibran unggul dengan 51,2% suara. Merujuk hasil quick count raihan suara Prabowo justru berada di atas survei.  

“Memang hasil pilpres seperti sudah diperkirakan sebelumnya. Seperti sudah terekam dalam dua bulan terakhir posisinya tidak berubah. Pasangan 02 unggul diikuti pasangan 01 dan pasangan 03 terakhir,” ujar Bawono kepada Katadata.co.id seperti dikutip Jumat (16/2). 

Bila hasil pilpres sudah bisa diprediksi, Bawono justru menyebutkan terdapat anomali suara yang mengejutkan dari hasil pemilu secara keseluruhan. Ia menilai perubahan suara justru terjadi secara mengejutkan pada beberapa partai pendukung calon presiden. 

Merujuk hasil quick count Indikator, berdasarkan 95,4% data masuk yang terekam pada Jumat pagi, partai yang memperoleh suara tertinggi adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP dengan suara 16,77%. PAdahal di pilpres pasangan Ganjar - Mahfud yang didukung PDIP hanya berada di urutan ketiga. 

Partai utama pendukung paslon 02 yang diketuai Prabowo, Gerindra, justru berada di urutan ketiga dengan suara 13,49%. Sedangkan di urutan kedua ada Partai Golkar dengan 14,9%. Padahal merujuk survei terakhir yang digelar Indikator pada 28 Januari- 4 Februari Gerindra berada di urutan kedua dengan 18,5% suara dan Golkar di urutan ketiga dengan 13,1% suara. Adapun PDIP berada di urutan pertama dengan 21,8%. 

“Ini memang mengejutkan. Angka perolehan 13 persen di luar perkiraan banyak orang dan juga logika banyak orang biasa. Melambungnya elektabilitas Prabowo yang luar biasa tak sejalan dengan perolehan suara partai,” ujar Bawono lagi. 

Simpangan Suara Pilpres dan Pileg di Pemilu 2024 

Tangkapan layar hasil real count KPU Plilpres dan Pemilu 2024, Jumat (16/2) (Katadata)
 
 

Merujuk data quick count yang dirilis sejumlah lembaga survei, untuk pemilu 2024 hanya ada 8 partai politik yang sudah memastikan tiket untuk lolos ke Senayan. Mereka adalah PDIP, Golkar, Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). 

Sedangkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang pada pemilu 2024 berada di Senayan terancam tidak lolos bila tak memenuhi suara 4%. Saat ini suara PPP baru di kisaran 3,8%. 

Perolehan suara partai-partai menurut quick count tak jauh berbeda dengan hasil perhitungan riil di KPU. Hingga pukul 08.00 WIB, Sirekap KPU juga mencatat 8 partai yang lolos Senayan. Sedangkan PPP masih di angka 3,9% persen dengan hitungan data masuk 9,12% persen. 

Perbedaan suara cukup signifikan  yang diperoleh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dengan suara partai pendukung memang menjadi sorotan dalam pemilu 2024. Tim pemenangan paslon bersama partai pendukung melakukan kajian atas temuan.  

Calon presiden nomor urut 2 Ganjar Pranowo menyebut temuan itu sebagai anomali dan membuat ia merasa terdapat kejanggalan. Ganjar bahkan mengatakan akan melakukan penyelidikan atas perbedaan arah suara itu. 

“Sedang diselidiki oleh kawan-kawan, mudah-mudahan nanti ketemu apa faktornya, sepertinya split tiketnya agak terlalu lebar," kata Ganjar di gedung High End Jakarta, Kamis (15/2). 

Bila dilihat lebih jauh, Bawono mengatakan perbedaan suara antara pilpres dan pileg menunjukkan fenomena baru dalam iklim demokrasi di Tanah Air. Ia menyebut loyalitas pemilih kini tak lagi hanya tertumpu pada mesin partai. 

Untuk kasus suara Gerindra ia menyebut terdapat dua kemungkinan yang membuat terjadi perbedaan tren. Faktor pertama karena Partai Gerindra baik kader maupun struktur terfokus pada kemenangan Prabowo - Gibran di pilpres.  Faktor kedua berkaitan dengan psikologis para calon legislatif yang tidak bekerja maksimal karena merasa sudah puas dengan keunggulan Prabowo dalam sejumlah survei. 

“Kemungkinan para caleg Gerindra merasa berada di atas angin karena mereka melihat elektabilitas Prabowo sehingga otomatis mengurangi intensitas bekerja di dapil masing-masing,” ujar Bawono. 

Bila Gerindra dinilai terlalu fokus untuk memenangkan pilpres, hal berbeda menurut Bawono terjadi pada PDIP. Ia menilai partai caleg PDIP justru lebih fokus memenangkan pileg dibandingkan memenangkan Ganjar di Pilpres. 

Kurangnya dukungan dari para caleg PDIP dalam mendukung Ganjar menurut Bawono tercermin dari berbagai aktivitas selama masa kampanye. Di sejumlah daerah banyak ditemukan calon PDIP yang tidak memasang foto Ganjar - Mahfud dalam baliho caleg sebagai bagian dari sosialisasi. 

Struktur PDIP pun dinilai lebih banyak banyak fokus di pileg ketimbang pilpres. “Misal dalam kampanye Ganjar tidak selalu dihadiri oleh tokoh kunci PDIP,” ujar Bawono lagi. 

Hal berbeda justru terlihat dari raihan suara yang diperoleh Partai Golkar. Bila dalam sejumlah survei menjelang pemilu tren suara Golkar cenderung stabil dan bahkan turun setelah hari pencoblosan suara partai pimpinan Airlangga Hartarto ini justru melesat. Menurut quick count terbaru Litbang Kompas, pagi ini perolehan suara Golkar berada di 14,6%. Sedangkan quick count Poltracking, Populi Center dan Cyrus Network menunjukkan angka di atas 15%. 

Faktor Jokowi dan Politik Saling Kunci 

Presiden Jokowi kunjungi pasar Mungkid (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/wpa.)

Direktur Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana mengatakan perbedaan arah suara antara pilpres dan pemilu 2024 salah satunya dipengaruhi oleh dinamika para tokoh kunci. Ia menyebut perbedaan sikap politik dua tokoh yaitu Presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarno Putri justru menjadi salah satu penentu. 

Menurut Aditya, untuk urusan pilpres PDIP dinilai kesulitan dalam menghadapi dominasi pendukung Jokowi. Namun untuk urusan pileg PDIP masih menunjukkan dominasi sebagai partai kader yang solid. “Jadi ini saling mempengaruhi antara Jokowi dan PDIP,” ujar Aditya kepada Katadata.co.id

Di sisi lain ia mengatakan potensi kemenangan Prabowo - Gibran seperti yang terlihat dari hasil quick count sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan. Aditya mengatakan hasil pemilihan presiden hari ini merupakan cerminan dari masih besarnya penerimaan masyarakat terhadap Jokowi. 

Meski tidak menyampaikan secara resmi, Jokowi dalam berbagai kesempatan menunjukkan dukungan kepada Prabowo-Gibran yang disebut sebagai menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden yang melanjutkan program pemerintah saat ini. Adapun menurut survei Indikator Politik sebelum pemilu, kepuasan publik kepada Jokowi berada di angka 80%. 

Sumbangan suara dari pendukung Jokowi pada Prabowo - Gibran menurut Aditya tercermin dari hasil suara partai menurut quick count. Saat ini suara partai pendukung utama seperti Gerindra tidak terlalu dominan menopang suara. 

Di sisi lain pada pemilu 2019 basis suara Prabowo juga lebih rendah dari hasil quick count pemilu 2024. Ditambah lagi basis pendukung Prabowo di 2019 sudah terbelah pada pemilu 2024. 

 “Itu membuktikan dampak Jokowi Effect masih sangat mempengaruhi elektoral calon presiden,” ujar Aditya. 

Sementara itu Direktur Poltracking Indonesia Hanta Yudha juga menjelaskan hal sama. Menurut Hanta efek Jokowi sangat terlihat dari kemenangan Prabowo - Gibran di sejumlah daerah seperti Jawa Tengah dan Bali. 

Merujuk data hitung cepat Poltracking, pasangan Prabowo - Gibran meraih suara 53% di Jawa Tengah mengalahkan Ganjar Pranowo - Mahfud MD yang dikuasai oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pada 2019 Jawa Tengah merupakan basis suara PDIP dan Jokowi. 

“Eksodus pemilih Ganjar ke Prabowo betul-betul masif di Jawa Tengah dan itu faktor Pak Jokowi,” ujar Hanta. 

Selain itu menurut Hanta menjelang pencoblosan migrasi masyarakat yang puas kepada Jokowi dari semula mendukung Ganjar menjadi mendukung Prabowo juga semakin jelas. Hasil hitung cepat menurut dia juga mengkonfirmasi kepuasaan publik pada Jokowi masih tinggi.