Peneliti BRIN Sebut Angin Kencang di Rancaekek Tornado Skala Meso

Dok. Badan Riset dan Inovasi Nasional
Peneliti BRIN, Erma Yulihastin menyeybut fenomena angin kencang di Rancaekek, Kabupaten Bandung adalah tornado.
Penulis: Rena Laila Wuri
23/2/2024, 09.49 WIB

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, menanggapi fenomena angin puting beliung menerjang Rancaekek, Kabupaten Bandung pada Rabu (21/2) sore. Erma menilai fenomena tersebut tertangkap dari satelit.

Dari foto tangkapan satelit yang diunggah Erma menunjukkan mata tornado di atas wilayah Bandung.

“Pertama Tercatat: Untuk pertama kalinya, tornado kecil di atas Indonesia dapat ditangkap oleh satelit,” kata Erma dalam akun X pribadinya @Eyulihastin, dikutip pada Jumat (23/2).

Erma mengatakan dari tangkapan satelit itu peristiwa ekstrem yang terjadi di Rancaekek dalam skala meso tornado. Namun, untuk memastikannya harus ada penyelidikan lebih lanjut.

“Untuk membatasi angin maksimum, kita harus menyelidiki lebih lanjut,” ucapnya.

Di unggahan yang lainnya, Erma mengatakan meteorologi adalah ilmu tentang skala. Ia lantas menjelaskan puting beliung atau disebut small tornado ada pada skala mikro 0-2 km. Sedangkan, tornado pada skala meso lebih dari 2 km (>2-2000 km).

Maka dari itu, angin puting beliuang tidak tertangkap satelit seperti tornado berskala meso. Selain itu, angin puting beliung juga sulit diprediksi. “Sulit juga terdeteksi dari satelit,” tulis Erma.

Erma mengatakan untuk memastikan fenomena tersebut perlu mengkonfirmasi kecepatan angin maksimum. Di mana, harus diletakkan alat ukur kecepatan angin di area sekitar Rancaekek.

Sebelumnya, Erma menyebut angin kencang yang terjadi di sebagian Bandung dan Sumedang merupakan badai tornado pertama di Indonesia.

"Jadi bagaimana, kalian sudah percaya sekarang kalau badai tornado bisa terjadi di Indonesia?,” kata Erma Yulihastin, dikutip dari akun X miliknya, Kamis (22/2). 

Dia mengatakan, efek tornado berbeda dengan puting beliung. Tornado memiliki skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. 

Selain itu, angin tornado minimal memiliki kecepatan angin mencapai 70 km/jam. "Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat 56 km/jam," ujarnya. 

Erma mengatakan, kasus puting beliung yg biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit itu pun sudah sangat lama. Hanya ada satu kasus yg tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021. 

Dia mengatakan, tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek kemarin Rabu (21/2). Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini.

Reporter: Rena Laila Wuri