Pakar militer sekaligus Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai jajaran TNI AL dan Polda Papua Barat harus menjalankan investigasi dengan transparan untuk mengusut penyebab utama terjadinya bentrok TNI-Polri di Sorong, Minggu (14/4). Menurut dia, permasalahan tersebut sebaiknya tidak disepelekan.
"Jangan menyederhanakan masalah hanya sekadar kesalahpahaman dan diselesaikan dengan salaman, saya kira tidak akan selesai. Harus diusut tuntas," kata dia dikutip dari Antara, Senin (15/4).
Menurut Fahmi, pertikaian antara personel TNI dan Polri di lapangan bukanlah hal baru. Banyak dari peristiwa tersebut disebabkan oleh kesalahpahaman sehingga alasan tersebut sudah dianggap lumrah.
Fahmi yakin tingkat kepercayaan publik akan meningkat dengan adanya investigasi yang transparan. Kedua belah pihak juga bisa mengambil tindakan tegas terhadap personel yang dianggap menjadi provokator masalah.
"Jangan dibiarkan difasilitasi arogansi dan main hakim sendiri," kata dia.
Perlu Ada Pembinaan
Selain itu, dia juga menilai perlu adanya pembinaan sumber daya manusia dari jajaran pasukan hingga pimpinan. Hal itu perlu dilakukan untuk meredam sifat impulsif dan ego sektoral yang kerap jadi pemicu tindak kekerasan.
Pengendalian emosi setiap personel, lanjut Fahmi, harus menjadi perhatian khusus TNI dan Polri agar tidak mudah tersulut dan berujung bentrok kembali. Fahmi juga menyarankan kedua belah pihak menggelar kegiatan bersama demi menjaga sinergitas dan keharmonisan hubungan.
"Bisa dibuat kegiatan olahraga bersama ataupun kegiatan lain yang membuat personel membaur bersama," jelas Fahmi.
Sebelumnya, Polda Papua Barat melakukan penyelidikan secara utuh dan tuntas terhadap insiden bentrok sejumlah personel Polisi Militer TNI AL (Pomal) Lantamal XIV/Sorong dengan oknum anggota Brimob Polda Papua Barat Batalyon B Sorong, Minggu (14/4) pagi sekitar pukul 09.30 WIT.
Diduga kuat terjadi salah paham antara oknum anggota Brimob dan Pomal TNI AL di Pelabuhan laut Sorong kemudian berdampak pada perkelahian antara sesama aparat. Akibatnya sejumlah personel Kepolisian dan TNI AL mengalami luka-luka.
Sejumlah fasilitas ikut dirusak akibat bentrokan tersebut, seperti Terminal Pelabuhan Laut Sorong, Polsek KP3 Laut, Pos Lantas Drive Thrue Kuda Laut. Selain itu, 2 Pos Pengamanan Idul Fitri Polresta Sorong Kota di Jalan Yos Sudarso, Kampung Baru.
"Kita akan lakukan penyelidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap bentrok antara personel TNI AL (Pomal) dengan oknum anggota Brimob pada Minggu (14/4)," kata Kapolda Papua Barat Inspektur Jenderal Polisi Johnny Eddizon Isir, Minggu.
Penyelidikan ini dilakukan guna mencari titik terang atas pertikaian itu kemudian akan diikuti dengan sebuah tindakan tegas sebagai upaya jera terhadap oknum anggota yang terbukti bersalah.
Dia pun menyampaikan permohonan maaf kepada TNI AL atas kejadian tersebut. Dia berharap insiden seperti itu tidak terjadi lagi sehingga relasi antara Polri dan TNI di wilayah Papua Barat Daya khususnya di Kota Sorong tetap terjalin baik.
Panglima Komando Armada (Pangkoarmada III) Laksamana Muda TNI Hersan mengatakan pihaknya menyayangkan kejadian yang tidak diinginkan itu, sebab hubungan antara TNI/Polri telah terjalin baik selama ini.
"Kami tetap mendukung upaya Polda Papua Barat, dan kami juga akan tetap melakukan penyelidikan guna penyelesaian masalah ini," ucapnya di hari yang sama.