Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat sekaligus Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal, mendorong Pemerintah Indonesia untuk berinisiatif menjadi penengah dalam konflik bersenjata Israel-Iran. Dino mengatakan Indonesia punya modal unggul untuk menghentikan eskalasi konflik di Timur Tengah itu.
Menurut Dino, pemerintah Indonesia dapat menjalin kontak dengan Iran untuk meredam tensi konflik. Terlebih lantaran Indonesia punya hubungan bilateral yang kuat dengan Iran.
“Dan sebagai wujud dari politik bebas-aktif, kita harus mengingatkan jika perang akan berdampak pada semuanya," kata Dino dalam diskusi daring bertajuk 'Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI' pada Senin (15/4).
Di sisi lain, Dino meminta agar Indonesia segera menghubungi Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk meminta Israel supaya tidak membalas gempuran udara Iran. Hal itu menurut dia perlu dilakukan lantaran Indonesia tidak punya akses langsung ke Israel. .
Dino menganggap inisiatif Indonesia untuk menjadi penengah konflik Israel-Iran terbilang mendesak seiring nihilnya mekanisme di kawasan Timur Tengah untuk meredam konflik antara Israel dan Iran saat ini.
Dia mengatakan, organisasi kemitraan di kawasan Timur Tengah seperti Dewan Kerja sama untuk Negara Arab di Teluk atau Gulf Cooperation Council (GCC) hingga Liga Negara Arab tidak berdaya untuk menanggulangi konflik bersenjata Israel-Iran.
"Tidak ada mekanisme untuk meredam konflik antara Iran dan Israel di kawasan karena Israel maupun Iran tidak menjadi anggota GCC. Keduanya juga tidak masuk ke dalam kelompok Liga Arab," kata Dino.
Dino juga melihat sejumlah organisasi kemitraan lainnya seperti ASEAN juga belum cakap dalam menyikapi konflik Israel-Iran. Ini karena sejumlah negara ASEAN seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar cenderung acuh terhadap perselisihan di Timur Tengah.
"Kalau kita mau jujur, untuk segala konflik di Timur Tengah, Indonesia dan Asia Tenggara bermain di lini kedua," kata Dino.
Lebih jauh, Dino mendorong Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) segera menjalin kontak dengan Iran dan AS. Kemenlu diharap dapat mendesak Iran agar tidak lagi meneruskan gempuran udara ke wilayah Israel. Di sisi lain, Kemenlu diharap bisa menghubungi AS agar dapat membujuk Israel untuk tidak membalas serangan yang dilancarkan oleh Iran.
"Kalau Kemenlu hanya bikin statement itu hanya dampak kecil karena semua bisa bikin statement. Harus ada make a call," ujarnya. "Buat apa kita punya hubungan yang dengan susah kita bangun, tapi kita tidak memanfaatkan untuk hal-hal yang diperlukan seperti ini".
Seperti diketahui, Iran meluncurkan 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 110 rudal balistik ke wilayah Israel pada Sabtu (13/4). Ini merupakan balasan atas aksi penyerangan terhadap konsulat Iran di Damaskus pada Senin (1/4), yang menewaskan 13 orang, termasuk Jenderal Mohammad Reza Zahedi, komandan senior Korps Garda Revolusi Islam di Suriah dan Lebanon, dan wakilnya Jenderal Hadi Haj Rahemi.