Baru-baru ini, viral soal efek vaksin AstraZeneca di sosial media. AstraZeneca merupakan perusahaan farmasi yang memproduksi Covishield, vaksin Covid-19. Produknya dapat menimbulkan efek samping langka, seperti jumlah trombosit rendah dan pembekuan darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa vaksin AstraZeneca, Covishield dapat menimbulkan efek samping yang mengancam jiwa. Efek langka dari penggunaan vaksin ini yaitu Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia, melibatkan pembekuan darah yang tidak biasa, dan parah terkait jumlah trombosit rendah.
Beberapa waktu lalu, viral di media sosial mengenai efek vaksin AstraZeneca yang menimbulkan pembekuan darah, dan cedera otak permanen. Kondisi ini mendapat respon banyak pihak.
Viral Efek Vaksin AstraZeneca
Berdasarkan Dewan Organisasi Ilmu Kedokteran Internasional, efek vaksin AstraZeneca jarang dilaporkan. Hanya kurang dari 1 dalam 10 ribu kasus. Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa Covishield bisa menyebabkan risiko pembekuan darah yang bisa berakibat fatal.
Dalam gugatan class action yang diajukan di Inggris mengklaim bahwa vaksin Covishield bisa menyebabkan kematian, dan cedera parah. Untuk 50 korban, para penggugat meminta ganti rugi hingga 100 juta poundsterling, atau sekitar Rp 2,01 triliun dengan kurs Rp 20.177/poundsterling.
Salah satu penggugat mengungkapkan bahwa vaksin AstraZeneca dapat menyebabkan cedera otak permanen yang diderita setelah pembekuan darah. Akibat cedera itu, penggugat mengaku tidak bisa bekerja lagi.
Mengenai klaim tersebut, AstraZeneca sempat membantah, namun pihaknya mengakui bisa menimbulkan TTS, atau Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia yang ditandai pembekuan darah, dan trmbosit darah rendah.
Pada tahun 2021, European Medicines Agency (EMA) mengungkap bahwa efek samping AstraZeneca dapat menimbulkan penggumpalan darah, dan trombosit darah rendah. Namun kasus ini langka terjadi, dan manfaatnya lebih banyak dirasakan.
Ditambah Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada 19 Maret 2021 pernah mengeluarkan dokumen ihwal vaksinasi AstraZeneca memiliki manfaat, dan potensi untuk mencegah infeksi, dan mengurangi kematian di dunia. Intruksi dari WHO membuat instansi pemerintah, dan rumah sakit menggunakan vaksin AstraZeneca. Kembalinya viral efek vaksin AstraZeneca tahun ini bukan sesuatu yang mengagetkan karena tiga tahun lalu juga sempat heboh.
Asal Mula AstraZeneca Viral Lagi Tahun ini
Pada tahun 2023, perusahaan farmasi AstraZeneca sempat digugat oleh seorang pasien bernama Jamie Scoot, karena mengalami cedera otak setelah divaksin pada tahun 2021. Saat digugat, pihak AstraZeneca mengklaim bahwa vaksin yang diproduksinya itu tidak menimbulkan efek samping.
Kemudian isu ini mereda, dan tidak terlalu terekspos. Pada tanggal 2 Mei 2024, muncul berita dari The Telegraph bahwa AstraZeneca yang diproduksi menimbulkan efek samping pembekuan darah.
Pengakuan itu telah diberikan melalui dokumen hukum, dan diserahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris pada Februari lalu. Namun perusahaan farmasi menegaskan bahwa temuan kasusnya cukup langka.
Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Digunakan Indonesia, Begini Kata BPOM
Dalam keterangan tertulis, Senin (6/5), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut bahwa vaksin Covid-19 AsraZeneca sudah tidak digunakan di Indonesia. Pernyataan BPOM ini merespon pengakuan produsen mengenai vaksin AstraZeneca yang menimbulkan efek sampig langka. Vaksin AstraZeneca disebut memicu thrombosis thrombocytopenia syndrome (TTS), atau pembekuan darah.
BPOM melaporkan hingga April 2024 tidak ada laporan kejadian, termasuk TTS di Indonesia yang berhubungan dengan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Berdasrkan kajian WHO bahwa kejadian TTS sangat jarang, atau kurang dari 1 kasus dalam 10 ribu kejadian.
BPOM memastikan mengenai pemantauan keamananan vaksin yang terus dilakukan dalam bentuk surveilans rutin selama penggunaan dalam program imunisasi. Kemudian Kementerian Kesehatan, dan Komnas PP KIPI ikut memantau keamanan vaksin yang digunakan di Indonesia, dan menindaklanjuti setiap isu kejadian pasca imunisasi.
Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat atas klaim efek vaksin AstraZeneca yang dihasilkannya. Vaksin yang dikembangkan di Universitas Oxford, menimbulkan kematian dan cedera serius dalam beberapa kasus.