Impor Beras Terus Melonjak dan Lahan Sawah Makin Susut di Era Jokowi

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Buruh angkut melakukan bongkar muat impor beras di Gudang Bulog Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/11/2023).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
9/5/2024, 09.31 WIB

Volume impor beras terus naik selama tiga tahun terakhir. Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia atau Perpadi menyatakan kenaikan impor beras itu seiring berkurangnya luas sawah di dalam negeri yang terjadi sejak lima tahun terakhir.

Badan Pusat Statistik atau BPS mendata volume impor beras terus mengalami kenaikan pada 2020 sampai 2023. Volume impor beras pada tahun lalu mencetak rekor sepanjang masa atau hingga 3,06 juta ton.

Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso menduga meningkatnya impor tersebut disebabkan oleh berkurangnya lahan sawah saat ini. Akan tetapi, Sutarto mengakui belum memiliki data historis lahan sawah untuk membuktikan dugaan tersebut.

"Namun pengurangan lahan sawah itu bisa ditunjukkan dari data luas panen yang terus turun dalam beberapa tahun ini," kata Sutarto kepada Katadata.co.id, dikutip Kamis (9/5).

Berdasarkan data BPS, luas panen padi pada 2023 susut 211.966 hektare atau 2,02% secara tahunan menjadi 10,21 juta hektare. Adapun, luas panen padi pada 2022 naik 40.870 hektare dari 10,41 juta hektare pada 2021 menjadi 10,45 juta hektare.

Kementerian Pertanian terakhir kali menghitung luas lahan sawah pada 2019 yang mencapai 7,46 juta hektare. Angka tersebut lebih kecil 287.051 hektare dari capaian 2013 seluas 7,75 hektare.

"Ya pengurangan lahan sawah ini yang menjadi masalah kalau tidak ada penyelesaian. Menurut perkiraan saya, pembukaan sawah yang selama ini dilakukan pemerintah belum mengimbangi konversi lahan sawah ke peruntukan lain," katanya.

Sutarto menyampaikan penurunan luas lahan panen akhirnya menjadi akar penurunan produksi beras di dalam negeri. Badan Pangan Nasional mendata produksi beras pada tahun lalu susut 440.000 ton, sedangkan kebutuhan beras nasional naik 410.000 ton.

Sedangkan produksi beras pada Januari-April 2024 diperkirakan lebih rendah 2,28 juta ton secara tahunan menjadi 10,7 juta ton. Adapun produksi beras pada tahun ini diproyeksi mencapai 31 juta ton.

Pada saat yang sama, kuota impor beras tahun ini bertambah 1,6 juta ton. Dengan demikian, totalnya sepanjang 2024 mencapai 4,1 juta ton. Secara rinci, angka tersebut terdiri dari sisa kuota 2023 sejumlah 500 ribu ton, kuota awal tahun 2 juta ton, dan tambahan 1,6 juta ton.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyinggung pemerintah daerah yang mengkonversi sawah menjadi lahan properti. Menurutnya, hal tersebut bertolak belakang dengan arah kebijakan pemerintah.

"Semua harus seirama. Misalnya, pemerintah pusat ingin meningkatkan produksi pangan, tapi pemerintah daerah malah mengkonversi sawah jadi properti. Itu namanya tidak sinkron," kata Jokowi.

Reporter: Andi M. Arief