Gunung Ibu di Halmahera, Sulawesi Utara, erupsi pada Sabtu (18/5) pukul 20.08 waktu Indonesia timur (WIT). Erupsi menyebabkan gumpalan awan abu vulkanik setinggi empat kilometer yang menciptakan fenomena kilatan-kilatan petir yang menerangi puncak gunung tersebut.
“Suara gemuruh dan dentuman terdengar sampai pos pengatmatan Gunung Ibu. Petir terlihat dalam kolom erupsi,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Ibu, Richard Chaniago, dikutip dari Antara, Minggu (19/5).
Badai petir vulkanik yang timbul saat erupsi terjadi akibat suhu tinggi yang memanaskan ion-ion gas. Situasi itu lantas menimbulkan loncatan muatan listrik. Peristiwa letusan itu tercatat pada alat seismogram dengan amplitudo maksimum 28 milimeter dan durasi lebih kurang 9 menit 12 detik.
Setengah jam kemudian pada pukul 20.34 WIT, erupsi kembali terjadi menghasilkan gumpalan asap setinggi satu kilometer. Letusan itu memiliki amplitudo maksimum 28 milimeter dan durasi 127 detik.
“Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata),” ujar Richard.
Lebih Dari 400 Jiwa Penduduk Dievakuasi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan lebih dari 400 jiwa penduduk desa di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, dievakuasi setelah Gunung Ibu meletus untuk fase kedua kalinya Sabtu (18/5) malam.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari yang dikonfirmasi dari Jakarta, Minggu, mengatakan ratusan orang yang dievakuasi tersebut berasal dari tujuh desa di Halmahera Barat antara lain Desa Gam Ici dan Desa Tongte Ternate.
“Sejak tadi malam satu persatu dievakuasi menggunakan kendaraan truk taktis TNI/Polri dan bak terbuka bersama warga,” katanya yang saat ini masih berada di Posko Utama banjir lahar dingin Gunung Marapi, Sumatera Barat.
Ia menyebutkan laporan yang diterima tim gabungan terdiri dari Babinsa, Tagana, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Minggu siang masih melangsungkan evakuasi dan mendata identitas para penduduk dalam radius tujuh kilometer dari kawah aktif Gunung Ibu.
Hal demikian dilakukan sebagaimana rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM bahwa radius tujuh kilometer harus dikosongkan dari semua aktivitas manusia.