Per 1 Mei 2024, jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencapai 271,4 juta jiwa. Angka ini setara dengan 97,24 persen total penduduk Indonesia. Dengan kata lain, BPJS Kesehatan menjadi penyelenggara jaminan kesehatan dengan peserta terbanyak di dunia.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti mengemukakan hal tersebut kepada delegasi Malaysia dari Hospital Conselor Tuanku Muhriz (HCTM) Universiti Kebangsaan Malaysia. Para delegasi melakukan kunjungan untuk mempelajari pengelolaan pembiayaan yang efektif di fasilitas Kesehatan (faskes).
Ghufron mengimbuhkan, pihaknya telah bekerja sama dengan 23.274 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan 3.099 Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Di dalam sistem pembayarannya, BPJS Kesehatan menggunakan pendekatan Kapitasi Berbasis Kinerja (KBK) di FKTP.
“KBK didasarkan kepada sejumlah indikator kinerja, termasuk tingkat kunjungan, rasio rujukan non spesialis, serta pengendalian penyakit kronis melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)," ujar Ghufron dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (29/5).
Ia juga mengutarakan, terdapat faktor-faktor seperti jenis FKTP, ketersediaan tenaga medis, dan rasio dokter terhadap peserta JKN, yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tingkat kapitasi.
Selain pendanaan kapitasi, BPJS Kesehatan menyediakan pembiayaan nonkapitasi layanan gawat darurat di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Implementasi KBK membawa perubahan positif bahkan terdapat peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan sebesar 20 persen lebih dari 022 - 2023. Hal ini juga berdampak kepada peningkatan kualitas pelayanan medis bagi peserta JKN.
Ghufron menjelaskan, di FKRTL ada dua mekanisme pembiayaan yang berlaku, yakni tarif paket yang mencakup seluruh komponen sumber daya rumah sakit yang digunakan, baik dalam pelayanan medis maupun nonmedis. Ini dikenal sebagai Indonesian Case Base Groups (INA-CBG), dan pembiayaan Non INA-CBG untuk layanan spesifik di luar tarif INA-CBG seperti alat bantu medis dan obat-obatan khusus.
Guna memperkuat langkah-langkah preventif dan promotif, BPJS Kesehatan terus menggalakkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Program ini bertujuan memberikan layanan optimal bagi peserta dengan penyakit kronis seperti diabetes melitus dan hipertensi, dengan biaya yang lebih efektif dan efisien.
Selain itu, Program Rujuk Balik (PRB) juga menjadi inisiatif penting yang memudahkan akses peserta dengan penyakit kronis untuk mendapatkan layanan yang diperlukan. Setelah kondisi pasien stabil, mereka dapat kembali ke FKTP dengan pemantauan dokter yang berkelanjutan.
BPJS Kesehatan juga meluncurkan inovasi seperti Skrining Riwayat Kesehatan yang memberikan kesempatan bagi peserta JKN untuk mengidentifikasi potensi 14 risiko penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, iskemia jantung, stroke, kanker leher rahim, kanker payudara, anemia remaja putri, tuberkulosis, hepatitis, paru obstruktif kronis, talasemia, kanker usus, kenker paru, dan hipotiroid kongenital.
Ghufron mengungkapkan, peserta dapat melakukan skrining secara mandiri melalui Aplikasi Mobile JKN, situs resmi BPJS Kesehatan, atau saat mengakses layanan kesehatan di FKTP dan dapat dilakukan satu kali dalam setahun. Hasil skrining ini dikelompokkan menjadi risiko rendah, sedang, dan tinggi.
“Jika berisiko tinggi, peserta akan diarahkan ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut," ucap Ghufron.
Ghufron juga menekankan kemudahan yang kini dirasakan peserta JKN dalam mengakses layanan di fasilitas kesehatan tanpa perlu antre panjang. Melalui antrean daring yang terdapat pada Aplikasi Mobile JKN, peserta dapat mengantre di mana pun dan kapan pun.
Inovasi ini tidak hanya meningkatkan kepuasan peserta, tetapi juga mengurangi risiko penularan penyakit. Proses pengambilan antrean di aplikasi juga mudah dan praktis.
Zairul Azwan Mohd Azman selaku Timbalan Pengarah (Perubatan) HCTM Universiti Kebangsaan Malaysia mengaku kagum terhadap pencapaian BPJS Kesehatan dalam satu dekade. Menurutnya, Malaysia dapat banyak belajar dari BPJS Kesehatan, yang telah berhasil menjadi penyelenggara jaminan kesehatan dengan jumlah peserta sangat banyak.
"Banyak hal yang dapat dipelajari dari BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan Program JKN di Indonesia dengan kondisi geografis yang sangat kompleks," ucap Zairul.
Zairul juga berkesempatan untuk mengunjungi Command Center milik BPJS Kesehatan. Dirinya takjub bahwa semua terpantau secara real time, baik perkembangan peserta, jumlah akses layanan di fasilitas kesehatan, bahkan proses pembayaran klaim ke fasilitas kesehatan juga dapat langsung disaksikan di Command Center BPJS Kesehatan.