Kemendikbud Revitalisasi KCBN Muarajambi, Terbesar Setelah Borobudur

Katadata
Candi Kedaton, termasuk dalam KCBN Muarajambi, Jambi, Rabu (5/6). Foto: M Fajar Riyandanu
5/6/2024, 23.09 WIB

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) hari ini memulai groundbreaking proyek pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi.

Peresmian dilakukan di kawasan yang beradadi Desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Seremoni groundbreaking kali ini  semarak karena dilakukan dengan upacara adat Tegak Tegak Sako yang dikomandoi oleh delapan kepala desa.

Pembangunan museum ini merupakan bagian dari proyek revitalitasi KCBN Muarajambi sebagai pusat pendidikan dan penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan tak benda. Rekonstruksi KCBN Muarajambi diharap dapat berkontribusi pada kemajuan kebudayaan dan pembangunan masyarakat.

Kemendikbudristek mengatakan bahwa peninggalan sejarah tersebut merupakan warisan budaya yang memiliki nilai historis tinggi dari Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 sampai dengan 13 Masehi. Kawasan Muarajambi terdiri dari atas berbagai unsur seperti terakota, batu dan kayu.

Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menyatakan bahwa KCBN Muarajambi merupakan situs dari era Buddha terbesar di Asia Tenggara dengan luas total 3.981 hektare (ha). Proyek peremajaan ini merupakan yang paling besar setelah revitalisasi Candi Borobudur pada 1973.

Hilmar mengatakan, Museum KCBN Muarajambi nantinya akan memuat beragam artefak dan temuan seperti prasati, patung andesit, kerajinan emas, hingga keramik Cina yang diperoleh dari ekskavasi di wilayah KCBN Muarajambi.

“Semua temuan yang didapat sejauh ini ada di Balai Pelestarian Kebudayaan. Jika museum sudah terbangun, koleksinya akan diintergrasikan di sini,” kata Hilmar saat ditemui di lokasi pada Rabu (5/6).

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid (kemeja hitam) menaburkan serpihan perak saat memulai groundbreaking revitalisasi KCBN Muarajambi, Rabu (5/6). Foto: M (Katadata)

KCBN Muarajambi ditetapkan sebagai warisan budaya melalui penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 259 Tahun 2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis, Muarajambi sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional.

KCBN Muarajambi terletak di delapan desa di sekitar Sungai Batanghari yang menjadi desa penyangga kompleks situs tersebut. Kedelapan desa itu adalah Muaro Jambi, Danau Lamo, Kemingkir Luar, Kemingkir Dalam, Dusun Baru, Tebat Patah, Dusun Mudo dan teluk Jambi.

Ada empat situs candi yang dipugar, yaitu Candi Katomahligai, Candi Parit Duku, Manapo Alun-Alun, dan Candi Sialang. Pemugaran dilakukan sejak Maret lalu dengan target penyelesaian pada September tahun ini.

Diawali Prosesi Tegak Sako

Prosesi groundbreaking dilakukan lewat ritual ada setempat yakni Ritus Tegak Sako. Ritual itu diawali dengan ritus Tegak Tiang Tuo atau peletakan tiang pertama yang akan dilakukan oleh delapan kepala desa penyangga kawasan cagar budaya tersebut"

Dalam upacara ini terdapat pelatakan cecokot yang terdiri dari emas, perak, serbuk besi, kotoran kuda, dan sawang angin. Emas melambangkan cahaya dan rezeki, perak mencerminkan kemakmuran, serbuk bersi melambangkan kekuatan tekad yang kuat, kotoran kuda sebagai simbol kekuatan dalam bergotong-royong, serta sawang angin melambangkan kesejukan dan kenyamanan.

Proses Tegak Sako dilakukan secara bersama-sama oleh Kepala Desa (Kades) Muaro Jambi, Kades Danau Lamo, Kades Kemingking Luar, Kades Kemingkin Dalam, Kades Baru, Kades Tebat Patah, Kades Dusun Mudo dan Kades Teluk Jambu.

Delapan kepala desa kecamatan Maro Sebo bersama-sama meminggul kayu bulian untuk ritus Tegak Sako Tinlang Tuo di KCBN Muarajambi, Jambi, Rabu (5/6). F (Katadata)

Kades Danau Lamo, Ismail Ahmad, menjelaskan upacara Tegak Tiang Tuo menggunakan jenis kayu bulian yang diletakkan di tengah lokasi bangunan dan berukuran lebih besar dari tiang-tiang lainnya.

Tiang Tuo itu dihiasi bak putri, sebagai penanda bahwa akan ada kehidupan rumah tangga pada tempat di mana Tiang Tuo ditegakkan. Kayu Bulian yang sudah ditegakkan itu diberi pakaian dan penghias wajah, terdiri dari minyak kemiri, bedak, celak, lipstik dan parfum.

Menurut Ismail, penghiasan Tiang Tuo bak perempuan ini melambangkan harapan bahwa rumah atau bangunan museum KCBN Muarajambi seperti seorang gadis yang dapat memikat hati siapapun yang memasukinya.

Kepercayaan ini mengacu pada tradisi adat setempat yang meyakini rumah selayaknya dihuni oleh perempuan yang akan merawat bangunan itu dengan baik. “Karena perempuan yang banyak mengurus rumah. Kalau suami itu untuk mencari nafkah,” kata Ismail.

Pria berusia 54 tahun itu menambahkan, Desa Danau Lamo merupakan salah satu desa yang memiliki wilayah terluas dalam kawasan KCBN Muarajambi. “Ada dua yang terluas, Desa Danau Lamo dan Desa Muaro Jambi,” ujar Ismail.

Prosesi Tegak Tiang Tuo diakhiri dengan pemasangan payung rotan daun seredang, pembacaan doa, dan menyantap hidangan Puluran Selemak Manis sebagai wujud rasa syukur. “Payung rotan itu dipasang untuk melindungi perempuan yang ada di dalam rumah. Perempuan itu kan harus dijaga,” kata Ismail.

Para nyai adat tengah menghias kayu bulian di ritual Tegak Sako di Muaro Jambi, Jambi, Rabu (5/6). Foto: M Fajar Riyandanu (Katadata)

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko menguraikan bahwa pembangunan museum KCBN Muarajambi berdiri di atas lahan seluas 30 ha, dengan beberapa bangunan seluas sekira 1 ha.

Dia mengatakan bahwa proyek revitalisasi dan pembangunan museum KCBN Muarajambi juga menyasar pada upaya pemberdayaan masyarakat. Masyarakat setempat ikut memugar candi-candi di kawasan KCBN Muarajambi.

Selain itu masyarakat juga ikut pelatihan produksi batik dan cendera mata serta pelibatan masyarakat di sentra kuliner khas Jambi dalam bentuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Masyarakat setempat juga akan dilatih untuk menjadi pemandu turis KCBN Muarajambi. “Pekerjaan ini bukan semata fisik, tapi juga pemberdayaan masyarakat,” kata Ismail.

Oktober Rampung

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan bahwa pemerintah menargetkan pembangunan kompleks museum dapat dibuka untuk umum pada Oktober tahun ini.

Dia mengatakan, pembangunan museum KCBM Muarajambi dilakukan secara berkala tiap tahun. “Tahun depan pemerintah perluas pembangunan lagi 10 ha. Dalam lima tahun ke depan, pemerintah targetkan ini lebih hebat dari Angkot Wat,” kata Hilmar.

Adapun langkah awal dari proyek ini bermula pada akhir April dengan ditandatangani kontrak konstruksi fisik pembangunan museum oleh pihak PPK Pembangunan Museum dan BUMN PT Perumahan Pembangunan (PP).

Selain itu, juga telah ditandatangani kontrak konstruksi fisik penataan lingkungan kawasan cagar budaya oleh PPK Penataan Lingkungan dan BUMN PT Brantas Abipraya.

Pembangunan museum KCBN Muarajambi mencakup bangunan UMKM dan cendera mata, laboratorium, galeri, pusat informasi turis, masjid, utilitas, hingga 6 bangunan pameran.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu