Mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, menjadi salah satu kandidat kuat dalam pemilihan gubernur atau Pilgub Jakarta pada November mendatang. Anies merupakan salah satu tokoh yang memiliki daya tawar politik tinggi untuk maju di ajang Pilgub Jakarta.
Daya tawar politik Anies menguat berkat hasil pemilihan presiden lalu dengan menempati posisi nomor dua. Pada Pilpres tahun ini, Anies yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin memperoleh 40.971.906 suara atau 24,95 persen secara nasional. Ia juga pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai meski Anies memiliki daya tawar politik tinggi, dia perlu menimbang secara matang karena jeda waktu antara Pilpres dan Pilkada hanya sedikit.
“Namun hal ini kembali lagi pada pertimbangan personal Anies Baswedan. Apakah akan langsung maju kembali menjadi kontestan, atau rehat sejenak dari dunia politik?” kata Wasisto pada Katadata, Kamis (6/6).
Wasisto menilai Anies perlu mengukur dengan baik kans maju Pilgub Jakarta melihat dari dukungan politik dan materiil lainnya.
Anies sudah mendaftar ke satu partai yakni Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB untuk melenggang pada Pilgub DKJ. Kabar ini sudah dikonfirmasi oleh Wakil Ketua Umum DPP PKB, Jazilul Fawaid. “Ya, (Anies sudah) daftar di DKI. Nanti dipanggil,” ujar Jazilul pada wartawan di DPP PKB, Jakarta, Selasa (4/6).
Sejauh ini, PKB belum sepakat mengusung Anies di Pilgub DKJ. Jazilul bilang partai masih mempertimbangkan sisi elektoral, visi, komitmen, termasuk jaminan untuk menang di Pilgub.
Selain PKB, PDIP mulai melirik sosok Anies untuk Pilkada Jakarta. Ketua DPP PDIP, Puan maharani, menilai Anies cukup diperhitungkan dalam bursa calon Gubernur DKJ. “Menarik juga Pak Anies,” kata Ketua DPP PDIP, Puan Maharani pada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/6).
Puan mengatakan partai berlogo banteng bermoncong putih realistis menghadapi Pilkada Jakarta. Ia menyebut PDIP melihat cerminan wilayah sebagai pertimbangan apakah akan mengusung calon dari internal atau eksternal partai.
"Harus realistis bagaimana melihat situasi di lapangan karena setiap daerah itu wilayahnya itu beda-beda. Ini kira-kira peluangnya ada di wilayah mana," kata Puan.
PDIP juga masih menimbang peluang kadernya Rano Karno di ajang Pilgub Jakarta. Pemeran film 'Si Doel' itu sudah masuk radar Partai Amanat Nasional (PAN) yang rencananya diduetkan dengan putri Zulkifli Hasan, Zita Anjani.
Wasisto menilai artai-partai melirik Anies berdasar perolehan Anies Baswedan di Pilpres lalu. Apalagi dia pernah memimpin Jakarta. “Sebagai mantan gubernur DKI, tentu Anies Baswedan masih punya popularitas di publik Jakarta,” ujarnya.
Elektabilitas Anies Kalah Dibanding Ahok
Di sisi lain, hasil survei Katadata Insight Center atau KIC menunjukkan elektabilitas Anies di Jakarta masih kalah dari Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Politisi PDIP ini unggul di angka 33,2 persen, sedangkan Anies di bawahnya dengan porsi 25,4 persen. Nama eks Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, muncul di posisi ketiga dengan elektabilitas 20 persen.
Survei ini dilaksanakan pada 3–9 Mei 2024 dengan jumlah 7.864 responden di delapan provinsi. Batas kesalahan atau margin of error survei senilai + 1,1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan dengan platform data collection tSurvey memanfaatkan kapabilitas telco data insight Telkomsel.
Survey Manager KIC, Satria Triputra Wisnumurti, mengatakan temuan ini sejalan dengan kepuasan responden dengan kinerja Gubernur maupun para mantan Gubernur. Responden, menurut Satria, memperhatikan rekam jejak dan kinerja dalam menentukan calon yang akan dipilih. Meski begitu terdapat simpangan antara kepuasan terhadap kinerja dengan pilihan responden mengenai calon gubernur yang pantas dipilih.
Secara keseluruhan ada 56,7 persen responden yang puas dengan kinerja Anies. Sedangkan responden yang tidak puas dengan kinerja Anies adalah 43,3 persen. Meski begitu secara kepantasan, responden menilai Ahok lebih baik dari Anies.
Pada kesempatan yang sama, Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini beranggapan masih tingginya suara Ahok lantaran Ahok hingga kini masih aktif di panggung politik Indonesia. "Jakarta pertimbangkan kinerja, yang bersangkutan (Ahok) masih memberi warna pada panggung politik kita," kata Titi dalam paparannya.