Jokowi Sebar Pompa Air di Jateng untuk Antisipasi Kekeringan Panjang
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan program distribusi pompa untuk mengatasi penurunan produksi pangan akibat puncak musim kemarau dan El Nino. Dia berharap distribusi pompa akan ikut mengerek produksi padi sehingga dapat menekan dampak kekeringan panjang.
Jokowi menyampaikan strategi peluncurkan pompa air saat meninjau pelaksanaan pemberian pompa air untuk pengairan sawah dan pertanian di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondang Rejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada Rabu (19/6).
Dengan adanya penyaluran pompa air, Jokowi menargetkan peningkatan produksi padi di Jawa Tengah sebesar 1,3 juta ton. Di Provinsi Jawa Tengah sendiri, pemerintah menyalurkan 4.300 pompa air yang tersebar di 35 kabupaten/kota.
"Sudah diterima di provinsi, di kodam, baik yang PK-nya 8,5, maupun yang 18 PK," kata Jokowi dalam keterangan pers yang disiarkan oleh Youtube Sekretariat Presiden.
Jokowi mengatakan pasokan air berasal dari sungai dan air tanah untuk mendukung irigasi di musim kering. Dia juga mengatakan hujan buatan akan dimaksimalkan di akhir musim hujan untuk mendukung upaya memasok keperluan air.
"Kita harapkan kekeringan panjang yang sudah perkirakan BMKG bisa ditutup dengan pengelolaan air seperti ini, water management itu sangat penting sekali," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi memerintahkan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengalihkan anggaran Rp 7 triliun untuk mengatasi kekurangan pangan. Anggaran yang dialihkan akan berasal dari perjalanan dinas, seminar dan pembangunan.
Keputusan itu bertujuan untuk mengerek produksi pangan domestik yang dirasa tak optimal akibat siklus cuaca kering El Nino sejak Maret lalu. Dana Rp 7 triliun akan diarahkan untuk pengadaan pompa, alat mesin pertanian serta benih padi dan jagung untuk petani.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan refocusing anggaran itu juga bertujuan untuk mengantisipasi dampak puncak musim kemarau yang diperkirakan berlangsung pada Agustus sampai dengan Oktober mendatang.
Jokowi memerintahkan Amran untuk menggencarkan sebaran pompa di 25 ribu titik lahan persawahan untuk memitigasi risiko kekeringan. Adapun proyek pompanisasi akan difokuskan pada daerah sentra produksi pangan seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Penggunaan pompa dianggap lebih efektif untuk meningkatkan produksi pangan domestik daripada pengadaan cetak sawah. Amran bilang, program konversi lahan menjadi sawah memerlukan waktu hingga 3 tahun.
Di sisi lain, upaya impor pangan cenderung menantang seiring kebijakan para negara eksportir yang mengurangi penjualan pangan. "Sementara kita butuh pangan sekarang, dan juga negara lain juga kekurangan pangan," kata Amran di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (11/6).