Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengalami penurunan tajam sebesar 3,85%, hingga mencapai level terendah sepanjang masa dengan Rp 50 per lembar saham.
Saat nilai saham GOTO anjlok, investor asing mengambil kesempatan untuk membeli saham dengan mencatatkan pembelian bersih senilai Rp 15 miliar.
Tren penurunan harga saham GOTO sudah terjadi sejak awal tahun ini, dengan penurunan total hingga 43,82%, dan dalam tiga bulan terakhir merosot hingga 37,50%. Penurunan ini mengindikasikan performa saham masih belum stabil.
Penurunan saham GOTO menjadi salah satu artikel terpopuler. Selain rontoknya saham GOTO, ketahui juga beberapa artikel terpopuler lainnya, seperti Bursa Efek Indonesia yang merevisi kriteria Papan Pemantauan Khusus FCA, serta BUMN yang masuk daftar Fortune 500 Asia Tenggara.
Berikut Top News Katadata.co.id:
1. Saham GOTO Rontok Jadi Rp 50, Investor Asing Serok Rp 15 Miliar
Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) rontok 3,85% ke level Rp 50 per lembar saham pada sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (19/6). Di tengah tekanan jual yang dilakukan oleh investor domestik, investor asing mengambil kesempatan untuk membeli saham GOTO.
Berdasarkan RTI Business, saham GOTO turun dua poin atau 3,85% ke level Rp 50 yang merupakan level terendah sepanjang masa (all time low). Volume saham yang diperdagangkan mencapai 7,83 miliar dengan nilai transaksi Rp 394,32 miliar dan kapitalisasi pasarnya Rp 60,07 triliun.
Investor asing mengambil peluang ini dengan mencatatkan pembelian bersih (net buy) saham GOTO senilai Rp 15 miliar.
Apabila menilik tren penurunan harga sahamnya, sejak awal tahun ini, harga saham GOTO sudah anjlok 43,82%. Tak hanya itu, dalam tiga bulan terakhir sahamnya merosot 37,50%.
Sebelumnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai saham GOTO saat ini tidak lagi likuid dengan tren harga yang masih turun. Meski begitu, saham GOTO masih belum diberi peringkat oleh Mirae Asset.
2. Dikritik Investor, BEI Revisi 4 Kriteria Papan Pemantauan Khusus FCA
Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya merevisi kebijakan Full Call Auction (FCA) di Papan Pemantauan Khusus (PPK) setelah terus mendapat reaksi negatif dari kalangan pelaku pasar.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, dan Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan Bursa saat ini berencana untuk melakukan penyesuaian Peraturan Bursa nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus.
Secara garis besar, terdapat empat kriteria yang diperbarui.
Otoritas bursa juga menyampaikan, tanggapan investor diharapkan dapat disampaikan kepada BEI dengan mengisi Matriks Tanggapan Pelaku Pasar atas konsep Penyesuaian Peraturan Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus.
3. Starlink Punya Antena Mini Bisa Masuk Tas, Harga Lebih Murah
SpaceX berencana meluncurkan antena mini Starlink yang bisa masuk tas berukuran 11,4 x 9,8 inci, dalam beberapa bulan ke depan. Harga perangkat ini kabarnya lebih murah 50% dibandingkan standar.
Harga antena standar Starlink Rp 7,8 juta yang didiskon menjadi Rp 4,68 juta di Indonesia. Antena berkualitas tinggi dibanderol Rp 42,7 juta.
CEO SpaceX, Elon Musk, mengungkapkan harga antena parabola Starlink Mini sekitar US$ 250 hingga US$ 300 atau Rp 3,65 juta – Rp 4,7 juta.
Dikutip dari PCMag pada akhir pekan lalu, SpaceX merilis pembaruan pada aplikasi Starlink yang kabarnya menyertakan halaman untuk produk terbaru.
Dalam unggahan di Twitter atau X, seorang engineer di Ukraina Oleg Kutkov mengatakan bahwa dirinya mendapat kompilasi pembaruan terkait gambar resmi antena Starlink Mini.
4. Demam AI Membuat Nvidia Jadi Perusahaan Paling Berharga di Dunia
Nvidia telah menjadi perusahaan paling bernilai di dunia melampaui Microsoft dan Apple. Harga saham Nvidia reli ke level tertinggi berkat antusiasme investor terhadap teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Saham Nvidia naik 3,5% sehingga nilai kapitalisasi pasarnya mencapai US$3,34 triliun (Rp 54,74 kuadriliun), pada Selasa (18/6).
Hal ini mendorong perusahaan semikonduktor ini melewati Microsoft dan Apple yang telah berebut posisi teratas dalam beberapa hari terakhir.
Lonjakan nilai pasar Nvidia telah didorong oleh permintaan untuk cip yang berbasis AI. Saham perusahaan telah naik lebih dari 170% tahun ini.
Jika dihitung sejak harga terendahnya pada 2022, harga saham Nvidia sudah melejit sekitar 1.100%. Pendapatan jumbo dan antusiasme investor yang meluas terhadap AI mendorong kenaikan saham Nvidia.
Semangat tersebut tercermin dalam nilai pasar Nvidia, yang hanya membutuhkan waktu 96 hari untuk naik dari US$2 triliun (Rp 32,8 kuadriliun) menjadi US$3 triliun (Rp 49,17 kuadriliun).
5. Pertamina, PLN, dan BRI Masuk Daftar Fortune 500 Southeast Asia
Fortune meluncurkan peringkat 500 Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara atau Fortune Southeast Asia 500 untuk 2024. Indonesia mendominasi dengan 110 perusahaan masuk ke dalam daftar bergengsi ini.
PT Pertamina meraih posisi ketiga, PT PLN di posisi keenam, sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di posisi ke-15. Delapan perusahaan Indonesia masuk posisi 20 besar berdasarkan profitabilitas, termasuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Fortune memeringkat perusahaan-perusahaan terbesar di Asia Tenggara berdasarkan pendapatan tahun fiskal 2023. Fokus Fortune pada kawasan ini muncul karena Asia Tenggara semakin penting dalam ekonomi global karena pergeseran rantai pasokan dan perkembangan pesat ekonomi kawasan tersebut.
Ranking perdana ini mencakup perusahaan dari tujuh negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Kamboja.