Top News: Ransomware Susupi PDN, Koalisi Prabowo Pecah di Jakarta

123rf.com/Benjawan Sittidech
Ilustrasi dugaan serangan ransomware
25/6/2024, 06.52 WIB

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan bahwa Pusat Data Nasional atau PDN, sementara down atau mengalami gangguan karena serangan Brain Cipher Ransomware.

Ransomware adalah sejenis perangkat lunak berbahaya yang mampu mengambil alih kendali atas sebuah komputer dan mencegah penggunanya untuk mengakses data hingga tebusan dibayar.

Brain Cipher Ransomware merupakan jenis ransomware baru yang muncul tahun ini. Ransomware ini mengenkripsi file korban dan meminta tebusan sebagai ganti kunci dekripsi.

Serangan peretas atau hacker terhadap Pusat Data Nasional menjadi salah satu artikel terpopuler di Katadata.co.id pada Senin (24/6). Selain Ransomware, ketahui juga daftar BUMN yang gagal diselamatkan PPA, serta bagaimana suara koalisi Prabowo di Pilpres pecah untuk Pilkada Jakarta.

Berikut Top News Katadata.co.id:

1. Apa Itu Brain Cipher Ransomware yang Serang Pusat Data Nasional?

BSSN atau Badan Siber dan Sandi Negara menyebutkan bahwa Pusat Data Nasional Sementara down atau mengalami gangguan karena serangan Brain Cipher Ransomware.

Apa itu Brain Cipher Ransomware? Ransomware adalah sejenis perangkat lunak berbahaya yang mampu mengambil alih kendali atas sebuah komputer dan mencegah penggunanya untuk mengakses data hingga tebusan dibayar.

Brain Cipher Ransomware adalah jenis ransomware baru yang muncul tahun ini. Ransomware ini mengenkripsi file korban dan meminta tebusan sebagai ganti kunci dekripsi.

Hacker atau peretas umumnya menyebarkan email phishing atau unduhan berbahaya, mengeksploitasi kerentanan dalam sistem untuk mendapatkan akses.

Setelah masuk, ransomware ini mengenkripsi file dan meninggalkan catatan tebusan yang meminta pembayaran, biasanya dalam bentuk kripto untuk menghindari pelacakan.

Contoh kasus peretasan menggunakan Brain Cipher Ransomware yakni Crinetics Pharmaceuticals pada Maret. Kelompok ransomware menuntut tebusan US$ 4 juta setelah mencuri data rahasia perusahaan​​.

2. Hacker Minta Tebusan Rp 131 Miliar soal Pusat Data Nasional Down

BSSN atau Badan Siber dan Sandi Negara membenarkan bahwa Pusat Data Nasional down atau mengalami gangguan karena serangan ransomware oleh hacker. Peretas meminta tebusan US$ 8 juta atau Rp 131 miliar.

“Mereka meminta tebusan US$ 8 juta,” kata Direktur Network & IT Solution Telkom Group Herlan Wijanarko dalam Konferensi Pers di kantor Kominfo, Jakarta, Senin (24/6).

Kepala BSSN Hinsa Siburian menambahkan, Pusat Data Nasional Sementara down atau mengalami gangguan, karena serangan siber dalam bentuk ransomware bernama Brain Cipher Ransomware.

Ia menjelaskan, Brain Cipher Ransomware merupakan versi terbaru ransomware lockibt 3.0.
“Setelah kami melihat sampel yang sudah dilakukan sementara oleh tim forensik BSSN, ini benar versi terbaru ransomware,” ujar dia.

“Kondisinya saat ini kekurangan barang bukti. Buktinya terenkripsi. Serangan ini mengenkripsi data. Ini pekerjaan kami untuk memecahkan enkripsi data tersebut. Kami akan melaporkan kemajuan atas upaya yang dilakukan,” ia menambahkan.

3. Ini Daftar BUMN Sakit yang Gagal Diselamatkan PPA

PT Danareksa memaparkan enam BUMN yang menjadi pasien PT Perusahaan Pengelola Aset tidak bisa diselamatkan. Seluruh BUMN tersebut bergerak pada bidang konsultan konstruksi, galangan kapal, manufaktur, dan logistik.

Direktur Utama Danareksa Yadi Jaya Ruchandi mencatat total pasien PPA saat ini mencapai 14 BUMN. Seluruh perusahaan tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yakni pengalihan ke Danareksa, penanganan lebih lanjut, dan potensi operasi minimum.

Adapun enam perusahaan yang tidak bisa diselamatkan masuk pada kelompok minimum operasi.

"BUMN dalam kelompok minimum operasi more than likely akan kami hentikan, apakah melalui likuidasi atau pembubaran. Ujungnya akan ke sana untuk BUMN dalam kelompok ini," kata Yadi dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR, Senin (24/6).

Yadi menekankan, enam BUMN sakit yang masuk dalam kategori minimum operasi sudah tidak bisa diselamatkan. Dengan kata lain, hanya ada dua pilihan pada enam perusahaan tersebut, yakni likuidasi atau pembubaran.

4. Patrick Walujo Borong Saham GOTO Ketika Berada di Level Gocap

Direktur Utama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Patrick Sugito Walujo memborong 98,5 juta saham seri A. Jumlah ini setara dengan 0,01% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.

Melansir dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Patrick Walujo membeli jumlah saham 98,5 juta saham dengan harga pembelian antara Rp 50 hingga Rp 51 per saham.

Jika pembelian Bos GOTO itu diakumulasikan di harga Rp 51 per saham, maka nilai transaksi pembelian saham tersebut mencapai Rp 5,02 miliar. Transaksi pembelian saham dilakukan untuk tujuan investasi pribadi.

"Transaksi dilaksanakan melalui pasar reguler di Bursa Efek Indonesia pada 20 Juni 2024," kata Direktur Utama GOTO, Senin (24/6).

Pasca transaksi ini, kepemilikan Patrick di saham GOTO mencapai 365,75 juta saham seri A dari sebelunya 267,25 saham seri A dengan status kepemilikan langsung.

5. Pecah Suara Koalisi Pendukung Prabowo di Pilkada Jakarta

Suara partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju mulai pecah menyongsong pemilihan kepala daerah (Pilkada) Provinsi Jakarta. Koalisi yang semula disebut satu suara mengusung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta mulai tak kompak.

Partai Golkar yang merupakan partai asal mantan Gubernur Jawa Barat itu mulai gamang dengan pilihan, apakah akan mengusung Ridwan Kamil (RK) di Pilkada Jakarta atau kembali maju di Jawa Barat.

Di Jawa Barat RK yang pernah menjadi Gubernur satu periode ini masih memiliki basis pendukung yang kuat. Saat ini, Ridwan Kamil merupakan Wakil Ketua Umum Partai Golkar.

Sejumlah elit partai beringin menyatakan kecondongan mendorongnya maju kembali di Pilgub Jawa Barat. Salah satunya disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia. Doli mengklaim approval rating Ridwan Kamil di Jawa Barat cukup tinggi.