Co-CEO and Chief Science Officer OceanX Vincent Pieribone menilai Indonesia perlu memasang sensor bawah laut untuk memitigasi bencana alam, seperti tsunami maupun gempa bumi. Sensor Bawah laut diperlukan karena tingginya frekuensi gempa bumi yang terjadi di Indonesia.
"Saya rasa Indonesia berkepentingan untuk mendukung sebanyak mungkin penempatan sensor bawah laut, mengingat Indonesia merupakan wilayah yang sangat aktif," ucap Vincent ketika ditemui di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa.
Vincent mengatakan Indonesia merupakan wilayah dengan gempa bumi paling banyak yang pernah ia kunjungi. "Indonesia adalah kawasan yang paling aktif yang pernah saya kunjungi seumur hidup saya," ujar Vincent.
Ia memaparkan Indonesia mengalami gempa bumi lebih dari 30 kali sehari. Jumlah tersebut, kata dia, menunjukkan Indonesia memiliki garis patahan aktif.
Ia menilai pentingnya Indonesia memasang sensor bawah laut untuk memitigasi dampak dari bencana alam.
"Situasi ini sangatlah genting dan membutuhkan perhatian khusus," kata Vincent.
Vincent mengatakan peletakan sensor tersebut tidak hanya berlokasi di dasar laut atau perairan dalam. Perairan dangkal, menurut dia, juga memerlukan sensor.
Tujuannya, lanjut Vincent, untuk memberi peringatan kepada publik apabila terjadi pergerakan.
"Nantinya, sensor-sensor itu akan memberi peringatan kepada masyarakat," kata dia.
Namun, Vincent tak dapat menghitung maupun memperkirakan berapa jumlah sensor bawah laut yang Indonesia butuhkan.
Yang jelas, kata dia, Indonesia membutuhkan sensor bawah laut yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Jepang.
"Karena wilayah di Indonesia sangat-sangat aktif, angkanya fluktuatif," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ekspedisi laut bersama OceanX mempelajari potensi gempa bumi dan tsunami demi keselamatan umat manusia.
"Yang paling penting adalah kesempatan mempelajari potensi gempa bumi dan tsunami demi keselamatan manusia," kata Luhut.