Kualitas udara Jakarta dan Medan menduduki tiga besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia Rabu pagi (17/7). Jakarta menduduki posisi pertama dan Medan ketiga dengan kualitas udara tidak sehat.
Berdasarkan situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 08.30 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 164. Sedangkan indeks Medan di angka 156. Indikator ini masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 38,5 mikrogram per meter kubik.
Pada situasi ini kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif. Kondisi ini bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dengan rentang PM2,5 sebesar 100 lebih.
Adapun kategori sedang, yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan. Meski begitu situasi ini berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
Kategori baik, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan. Kualitas udara di kategori ini juga tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299. Pada situasi ini kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), A. Fachri Radjab mengatakan, memburuknya kualitas udara Jakarta disebabkan rendahnya curah hujan akibat musim kemarau.
"Curah hujan merupakan mekanisme alami utk membersihkan (mencuci) polutan yg ada di udara," ujar Fachri saat dikonfirmasi Katadata.
Selain Jakarta dan Medan, terdapat satu kota di Indonesia yang masuk dalam 30 besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Kota tersebut adalah Batam yang menempati posisi 25 dengan AQI sebesar 74.