Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan konflik sosial antara warga Desa Kariuw dan Ori di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah telah berakhir. Moeldoko mengatakan ribuan pengungsi tersebut kini telah kembali ke Kariuw.
Konflik yang terjadi sejak Januari 2022 tersebut menyebabkan 1.234 warga Kariuw mengungsi ke Desa Aboru. Konflik sosial selama 2 tahun itu juga mengakibatkan kerusakan terhadap sejumlah rumah dan perkebunan masyarakat setempat.
Setidaknya ada 207 rumah warga akan direnovasi dan 600 hektare lahan perkebunan cengkeh dan pala yang bakal mendapat bantuan pemerintah untuk penanaman ulang.
Pemerintah pun telah mempersiapkan pemberian benih kepada para petani terdampak konflik dengan harapan dua pihak berkonflik dapat melanjutkan mata pencahariannya.
"Nanti 200 hektare segera ditanami kelapa, sisanya segera dicarikan ssolusinya. Berikutnya juga ada bantuan peternakan," kata Moeldoko dalam konferensi pers di Gedung Bina Grha, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin (22/7).
Selain menyebabkan korban jiwa meninggal dan luka-luka, bentrokan ini juga berbuntut pada aksi pembakaran rumah-rumah warga, tempat ibadah, dan sejumlah fasilitas umum lainnya. Akibatnya, 330 Kepala Keluarga terpaksa harus mengungsi.
Moeldoko menegaskan bahwa konflik sosial tersebut disebabkan oleh pertikaian perbatasan wilayah dan bukan soal agama. “Konflik tapal batas dan sudah ada kesepakatan dengan pihak-pihak terkait," ujar Moeldoko.
Moeldoko menyebut, salah satu upaya mempercepat rekonsiliasi konflik adalah melakukan penetapan dan penegasan batas desa, dengan tetap mempertimbangkan aspirasi kedua pihak yang berseteru. Ia pun mengusulkan, proses rekonsiliasi menggunakan pendekatan adat dan melibatkan para tokoh seperti tetua adat, masyarakat, dan agama.
Seperti diketahui, konflik sosial di Pulau Haruku Maluku Tengah terjadi pada akhir Januari lalu. Konflik ini dipicu bentrokan antar warga desa Ori dan Kariuw usai menggarap lahan sengketa.