Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) menegaskan keterlibatan Cina dalam proyek perpanjangan trayek kereta cepat Whoosh dari Jakarta ke Surabaya, Jawa Timur. Indonesia dan Cina saat ini sepakat untuk membuat gambaran studi kelayakan tahap awal alias pre feasibility study (FS).
Hasil akhir dokumen tersebut menjadi pertimbangan untuk menilai apakah proyek perpanjangan trayek sepur kilat memiliki potensi yang cukup untuk dikembangkan lebih lanjut. Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan pihaknya menyertakan sejumlah lembaga domestik untuk turut serta dalam kegiatan pra studi kelayakan gabungan tersebut.
Satu di antaranya adalah Pusat Pengujian, Pengukuran, Pelatihan, Observasi dan Layanan Rekayasa Fakultas Teknik Universitas Indonesia atau Polar UI. "Ini sedang pra FS gabungan dengan Cina," kata Dwiyana di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (24/7).
Meski begitu, dia mengaku belum dapat memprediksi termin penyelesaian pra FS untuk proyek perpanjangan rute kereta cepat Jakarta-Bandung ke Surabaya. Selain itu, dia juga belum bisa menjelaskan estimasi biaya investasi nilai proyek kereta cepat Jakarta—Surabaya. "Belum ada, ini kan masih pra FS," ujar Dwiyana.
Kontribusi Cina dalam rencana perpanjangan trayek kereta cepat juga ditegaskan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (Tiko). Dia mengatakan proses pembuatan peta jalan pengembangan jalur kereta cepat sedang dalam proses pembahasan dengan Cina. "Sedang dibahas dengan proyek cina," kata Tiko dalam kesempatan serupa.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan PT KCIC telah mengajukan proses pra studi kelayakan proyek perpanjangan trayek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) hingga Surabaya, Jawa Timur. Proyek ini nantinya akan masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Tentu kami akan pelajari tentang rutenya di mana, fisibilitasnya bagaimana, anggarannya seperti apa. Itu dalam tahap kajian," ujar Budi di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (22/5).
PT KCIC merupakan operator Whoosh, yang sebelumnya dikenal dengan KCJB. KCIC adalah perusahaan patungan antara konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd dan konsorsium BUMN yang membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Komposisi pemegang saham PSBI yaitu PT Kereta Api Indonesia 51,37%, PT Wijaya Karya 39,12%, PT Perkebunan Nusantara I 8,30%, dan PT Jasa Marga 1,21%. Adapun komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd yaitu CREC 42,88%, Sinohydro 30%, CRRC 12%, CRSC 10,12%, dan CRIC 5%.
Pendanaan Kereta Cepat
Whoosh ditetapkan sebagai salah satu PSN dalam Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016. Dalam pengembangannya, KCIC beroperasi tanpa bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun jaminan Pemerintah Indonesia.
Pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank sebanyak 75%. Sedangkan 25% merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT PSBI sejumlah 60% dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. senilai 40%.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta Cina segera merampungkan pra FS ihwal perpanjangan trayek KCJB hingga Surabaya. Jokowi menyampaikan pesan tersebut saat pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Istana Merdeka Jakarta pada Kamis (18/4).
Pertemuan terbatas itu juga turut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar Cina untuk Indonesia, Lu Kang. Retno menyampaikan bahwa Jokowi meminta Cina untuk mempercepat studi kelayakan proyek penyambungan trase jalur hingga wilayah timur Pulau Jawa.
Dalam kesempatan itu Jokowi juga meminta Cina untuk melakukan transfer pengetahuan, keterampilan, atau teknologi terkait teknis, penelitian maupun produksi langsung kereta cepat ke Indonesia. "Bapak Presiden juga mendorong adanya alih teknologi," ujar Retno.