Pendiri dan peneliti utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan nama Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep belum moncer di bursa bakal calon gubernur (cagub) Jakarta. Menurut Burhanuddin publik di Jakarta saat ini lebih condong memilih sosok lain dibanding Kaesang.
"Warga Jakarta belum melirik Mas Kaesang sebagai calon pemimpin daerah di Jakarta," kata Burhanuddin saat memaparkan rilis survei sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube Indikator Politik Indonesia di Jakarta, Kamis (25/7).
Burhanuddin mengatakan rendahnya elektabilitas Kaesang terlihat dari hasil survei teranyar Indikator Politik Indonesia yang digelar pada Juni. Berdasarkan simulasi terbuka (top of mind), Kaesang menempati urutan ke-10 dengan raihan elektabilitas sebesar 0,3 %. Adapun tiga teratas diisi oleh Anies Baswedan (39,7 %), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (23,8 %), dan Ridwan Kamil (13,1 %).
Kaesang juga menempati urutan kesepuluh dalam simulasi semi terbuka 40 nama calon gubernur Jakarta dengan elektabilitas sebesar 0,7 %. Pada simulasi 16 nama, Kaesang hanya meraih elektabilitas sebesar 1,3 %. Tak jauh berbeda, Kaesang memperoleh elektabilitas sebesar 1,7 % pada simulasi 11 nama.
Dalam simulasi tiga nama, elektabilitas putra bungsu Presiden Joko Widodo itu tertinggal jauh jika dibandingkan dengan elektabilitas Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Dia hanya meraih elektabilitas sebesar 5,7 %.
Sementara itu, Anies Baswedan meraih elektabilitas sebesar 48,8 % dan Ridwan Kamil meraih elektabilitas sebesar 33,8 %. Selanjutnya 11,7 % sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Meski Kaesang lebih banyak beraktivitas di Jakarta, menurut Burhanuddin, elektabilitasnya justru lebih besar di Jawa Tengah. "Beberapa waktu lalu kami rilis, Kaesang menempati tempat pertama di Jawa Tengah, padahal Mas Kaesang tidak memasang baliho atau berkampanye di provinsi ini,” katanya.
Survei Indikator Politik Indonesia digelar pada 18 hingga 26 Juni 2024 itu dengan populasi survei yang terdiri atas warga negara Indonesia di Daerah Khusus Jakarta yang memiliki hak pilih dalam pemilu. Survei menyasar responden yang berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei berlangsung.
Pengambilan sampel dengan metode multistage random sampling diikuti sebanyak 800 responden. Wawancara secara tatap muka dengan margin of error sekitar kurang lebih 3,5 % pada tingkat kepercayaan 95 %.