Interaksi Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah terjalin cukup lama. Sebelum menjadi orang pertama di Negeri Singa itu sejak Agustus tahun lalu, dia mengemban tugas sebagai Menteri Keuangan Singapura pada 2007 – 2015, yang membuat keduanya kerap berkomunikasi dalam hubungan bilateral maupun multilateral.
“Saya menaruh rasa hormat yang tinggi kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Baik sebagai pemimpin dalam hal pemikiran dan praktisi di bidang keuangan multilateral, sebagai pembuat kebijakan nasional, maupun terhadap integritas pribadinya yang melandasi semua langkah profesionalnya selama bertahun-tahun.”
Tharman menyampaikan pandangan tersebut di bab “Kata Mereka” dalam buku No Limits, Reformasi dengan Hati. Ini sebuah buku biografi mengenai Sri Mulyani yang ditulis oleh Metta Dharmasaputra, Co-founder dan CEO Katadata. Buku tersebut diluncurkan malam ini, Jumat 20 September 2024, di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta.
Kedua tokoh ini telah berinteraksi hampir dua dekade dalam berbagai jabatan yang mereka emban, secara formal maupun informal. “Ada tiga kesan mendalam yang saya miliki,” demikian Tharman menggambarkan hubungannya dengan Sri Mulyani.
Pertama, kemampuan Sri Mulyani yang dinilai luar biasa, baik secara intelektual maupun daya intuisi dalam menentukan jalan yang paling taktis. Kedua, efektivitas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu dalam melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk rekan-rekannya dari negara maju dan berkembang, untuk membangun pemikiran kolektif.
Ketiga, “Ibu Sri Mulyani memiliki hati dan pikiran seorang patriot sejati, bahkan di saat ia tengah menekankan pentingnya sistem global yang terbuka dan saling tergantung. Patriotisme yang sama, muncul pada komitmennya yang mendalam terhadap integritas dan etika luhur dalam kehidupan masyarakat.”
Dalam pengamatan Tharman, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika kombinasi kualitas seperti yang dicontohkan Sri Mulyani dimiliki oleh lebih banyak pemimpin, terutama yang mengawal bidang ekonomi dan keuangan. Sebab, mereka tidak akan bisa menjadi pendukung globalisasi tanpa memiliki kepekaan terhadap kepentingan nasional.
Demikian juga, para pemimpin ini tidak akan berhasil tanpa menjamin kebijakan untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan, dengan memaksimalkan berbagai peluang di perekonomian terbuka. Pun, tidak akan bisa menjadi nasionalis tanpa menghargai keterbukaan dan aturan main yang adil dan konsisten di dalam kepentingan bersama antar-bangsa.
Dalam menangani problematika inilah, di mata Tharman, Sri Mulyani memiliki gabungan kecerdasan dan kemampuan praktis yang sangat kuat. Kombinasi ini terlihat dalam kebijakan yang ditelurkan Sri Mulyani saat di Bank Dunia, bahkan di tahun-tahun sebelumnya sebagai Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF).
“Sebagai sesama pembuat kebijakan, saya melihat keahliannya yang tinggi selama tiga periode di pemerintahan, khususnya dalam mengelola masalah-masalah ekonomi yang besar dan kompleks,” kata Tharman.
Dia memberi contoh, untuk menghemat dan memprioritaskan penggunaan sumber daya publik, Sri Mulyani mengembangkan skema pendanaan alternatif. Juga memperkenalkan cara-cara baru untuk memfasilitasi keterlibatan sektor swasta di proyek infrastruktur, seperti skema pembiayaan tertentu, sambil tetap menjalankan upaya peningkatan kelayakan proyek infrastruktur untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan.
Contoh lainnya yakni strategi pembiayaan dan asuransi risiko bencana yang dipelopori pada 2018. Pengembangan mekanisme pembiayaan risiko yang berjalan secara efisien ini telah meningkatkan kemampuan Indonesia dalam menangani bencana alam, serta memastikan pencairan bantuan secara tepat waktu dan tepat sasaran kepada para korban.
Baru-baru ini, di tengah keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19, Sri Mulyani juga memainkan peran kunci dalam mengawasi dan mempercepat pencairan anggaran pemulihan ekonomi nasional. Hal itu termasuk dukung terhadap dunia usaha dan masyarakat berpenghasilan rendah.
“Di tengah situasi yang sulit ini, Ibu Sri Mulyani juga sangat mendukung pengembangan infrastruktur teknologi informasi di Indonesia yang penting untuk penciptaan lapangan kerja di masa depan.”
Pengalaman Sri Mulyani di level nasional dan internasional dinilai telah memberi pemahaman sangat mendalam tentang bagaimana negara berkembang mencapai kemakmuran yang inklusif. “Itu sebabnya, saya dan rekan-rekan saya selalu menantikan kontribusi pemikirannya yang bijaksana dalam diskusi internasional di IMF dan forum lainnya,” ujarnya.
Menyinggung target Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045, Tharman menilai hal itu akan menjadi pelajaran penting bagi negara berkembang lainnya. Indonesia telah melakukan inisiatif yang berani untuk masa depan, termasuk melembagakan reformasi di sektor keuangan dalam merespons perkembangan terbaru di bidang teknologi.
“Saya mendapatkan wawasan paling berharga dari Ibu Sri Mulyani ketika saya memimpin G20 Eminent Persons Group tentang Tata Kelola Keuangan Global pada 2017/2018. Saat itu, saya berkonsultasi dengannya dalam kapasitasnya sebagai Menteri Keuangan dari sebuah negara berkembang yang besar dan Ketua Komite Pembangunan Grup Bank Dunia.”
Menurut Tharman, ide-ide Sri Mulyani sangat membantu dalam membentuk proposal Eminent pada tataran negara dan regional. Hal ini untuk memanfaatkan kekuatan keuangan multilateral, bilateral, dan swasta agar memberikan dampak pembangunan lebih besar.
Sri Mulyani juga dinilai berkontribusi pada pemikiran tentang upaya memperkuat arsitektur global untuk mengatasi masalah perubahan iklim, pandemi, dan tantangan lain, yang sekarang menjadi lebih relevan dari sebelumnya.
“Terakhir, saya berbesar hati karena Ibu Sri Mulyani terus mendukung penguatan hubungan Singapura-Indonesia, termasuk langkah-langkah untuk memacu lebih banyak arus perdagangan dan investasi di antara kedua negara.”