Universitas Diponegoro (Undip) bersama dengan Australian National University (ANU) merancang teknologi pengubah air payau menjadi air bersih layak minum dengan menggunakan tenaga surya. Kerja sama ini terlaksana dari dana hibah penelitian dari Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (Koneksi) dari pemerintah Australia.

Direktur Direktorat Science Techno Park (DSTP) UNDIP, I Nyoman Widiasa, mengatakan sistem desalinasi ini mengubah air payau menjadi air minum. Tak hanya itu, sistem ini juga memberikan dampak nyata bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar.

"Mesin ini diharapkan tidak hanya menghasilkan air yang bisa dinikmati oleh masyarakat tapi juga menjadi sarana untuk pendidikan bagi mahasiswa, anak SMK, kemudian masyarakat," ujar Widiasa saat ditemui di sela acara SDGs Annual Confrence 2024, di Jakarta, Selasa (8/10).

Widiasa mengatakan, air payau yang diolah oleh mesin desalinasi milik Undip dan ANU sangat layak untuk dapat dikonsumsi masyarakat. Mesin desalinasi ini dapat menyaring hingga 200 ribu liter air layak minum dalam sehari dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) seluas 20x15 meter.

"30 ribu kilovolt, teknologi desalinasi ini dapat menyaring hingga 200 ribu liter air layak minum dalam sehari," ujarnya.

Widiasa melanjutkan, Undip akan terus melanjutkan program yang bermanfaat untuk masyarakat meskipun program dari Koneksi sudah selesai dilaksanakan. Ia berharap selanjutnya akan ada universitas lain seperti di Universitas Negeri Semarang dan Universitas General Sudirman yang bisa berkontribusi. 

Sementara itu, Head of Strategic Communication and Public Discourse, Koneksi, Adek Media Roza, mengatakan riset yang dilakukan oleh Undip merupakan salah satu harapan Koneksi. Ia menyebut, riset yang didanai Koneksi tersebut bisa dapat diaplikasikan untuk menghadapi tantangan kekurangan air bersih.

"Karena perubahan iklim, kita menghadapi tantangan kekurangan air bersih. Nah salah satunya adalah melalui salinitas ini juga kita dukung dengan harapan nanti ini akan menjadi prototipe yang mungkin bisa diaplikasikan di tempat-tempat lain," ujar Adek.

Sebagaimana diketahui, merupakan hibah Pemerintah Australia dengan nilai komitmen mencapai AUD 50 juta, yang akan dilaksanakan selama lima tahun, yakni 2023-2027. 

Reporter: Djati Waluyo