Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai Kabinet Merah Putih yang saat ini sudah dibentuk Presiden Prabowo Subianto super gemuk. Hal itu karena banyak penambahan menteri koordinator, wakil menteri, lembaga, hingga utusan khusus presiden.
Ekonom senior Indef, Fadhil Hasan menilai gemuknya kabinet Prabowo berpotensi membuat pergerakannya menjadi lamban, bahkan lumpuh dalam kurun waktu satu hingga dua tahun ke depan. Kabinet yang gemuk rawan konflik pembagian kewenangan dan masalah internal organisasi.
Fadhil mengatakan kabinet super gemuk bertolak belakang dengan target Prabowo yang menginginkan gerakan cepat dalam menjalankan berbagai program dan visinya. Anggota kabinet yang sangat banyak akan membuat proses pengambilan dan implementasi kebijakan menjadi tidak efisien.
“Kabinet yang super gemuk itu adalah masalah koordinasi. Selama ini itu menjadi persoalan pokok yang dihadapi oleh para menteri dalam menjalankan berbagai kebijakan dan programnya,” ujar Fadhil dalam diskusi publik Indef di Jakarta, Selasa (22/10).
Dia mengatakan, penambahan jumlah menteri koordinator menjadi tujuh semakin memperlambat birokrasi. Belum lagi kepala badan hingga adanya penambahan jumlah wakil menteri, serta adanya perubahan struktur dan fungsi.
“Saya nggak bisa membayangkan bagaimana koordinasi itu dilakukan. Siapa misalnya yang bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi di bidang-bidang tertentu tersebut? Satu dan lainnya itu juga banyak yang overlapping misalnya,” kata Fadhil.
Penilaian Kabinet Prabowo Dalam Satu Tahun
Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior Indef, Didin Damanhuri menilai kabinet gemuk yang sudah dibentuk Prabowo bisa saja efektif. Khususnya jika melihat banyaknya program ambisius Prabowo mulai dari pertumbuhan ekonomi 8% hingga peningkatan rasio pajak hingga 23%.
Meski begitu, Didin menilai susunan kabinet saat ini juga tetap memiliki risiko. “Kabinet terlalu besar ini bisa tidak efisien. Bisa jadi akan ada penilaian dalam waktu dekat,” kata Didin.
Didin memproyeksikan Prabowo akan mengevaluasi dan melakukan penilaian terhadap kabinetnya dalam rentang waktu enam bulan hingga satu tahun ke depan. Sebab, Prabowo memiliki target cukup besar dan waktu lima tahun.
“Target pertumbuhan ekonomi 8% mungkin akan diwujudkan dengan kabinet direvisi jika tidak efisien,” ujar Didin.