Lembaga kemanusiaan Nusantara Palestina Center meluncurkan buku sejarah perjuangan Indonesia untuk Palestina berjudul ‘Degup Cita Para Pendiri Bangsa untuk Palestina’ pada Senin (28/10).
Buku lebih dari empat ratus halaman itu merangkum jejak perjuangan para bapak pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI dalam diplomasi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Dari buku ini, kita bisa menelusuri perjuangan para pendiri bangsa untuk Palestina, dan Indonesia memiliki utang sejarah terhadap Palestina,” ujar Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Andy Rachmianto saat peluncuran buku ‘Degup Cita’ di Jalan Raya Cikini 82, rumah Menteri Luar Negeri pertama Indonesia Achmad Soebardjo.
Andy mengatakan Indonesia berkomitmen untuk terus berada di garis terdepan dalam upaya memerdekakan bangsa Palestina. “Dalam pidato pertama pelantikan Presiden Prabowo Subianto, kita mendengar kata Palestina sudah disampaikan di hadapan para anggota MPR,” ujar dia.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dalam sambutannya mengatakan Indonesia memiliki hubungan khusus dengan Palestina. Ini terbukti dengan keterlibatan Abdul Kahar Muzakir, pemuda Indonesia yang menjadi sekretaris konferensi Baitul Maqdis di Palestina pada 1931.
“Sangat wajar pada 1944, Mufti Palestina menyuarakan kemerdekaan Indonesia,” kata Hidayat.
Dia pun mengatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina terus menguat di kancah internasional dari mulai ASEAN, Eropa, Amerika Latin, dan wilayah lainnya. “Saat ini semua negara ASEAN setuju terhadap resolusi PBB yang mengatakan kehadiran Israel di Palestina adalah ilegal,” ujar dia.
Pendiri Nusantara Palestina Center Abdillah Onim mengatakan masyarakat Gaza, Palestina ikut merayakan kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus. “Sebelum terjadi peperangan, selama HUT Indonesia, saya satukan semangat berbagai elemen di Gaza. Mereka hadir di lapangan, mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya,” kata dia.
Para penulis buku ‘Degup Cita’ Hadi Nur Ramadhan dan Pizaro Gozali Idrus mengatakan buku itu ditulis sebagai hasil perburuan dokumen-dokumen diplomasi Indonesia selama puluhan tahun.
"Buku ini adalah ikhtiar kami, untuk menyambut tongkat estafet perjuangan para pendiri bangsa kepada generasi muda," ujar Pizaro Gozali.