Menteri Bahlil Akui Rp100 Triliun dari Total Subsidi BBM Diterima Orang Kaya

ANTARA FOTO/Budi Prasetiyo/wsj.
Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pramuka, Jakarta, Rabu (29/6/2022).
Penulis: Ira Guslina Sufa
3/11/2024, 17.10 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa nilai subsidi energi yang berpotensi tidak tepat sasaran mencapai Rp 100 triliun. Nilai itu menurut Bahlil sangat besar bila dibanding kompensasi energi tahun ini sebesar Rp 435 triliun.

“Jujur saya katakan ya, kurang lebih sekitar 20-30% subsidi BBM dan listrik itu berpotensi tidak tepat sasaran, dan itu gede angkanya,” kata Bahlil, Minggu (3/11). 

Menurut Bahlil, temuan tersebut tidak sesuai dengan desain awal pemerintah. Ia mengatakan sejak awal pemerintah menyediakan subsidi untuk disalurkan kepada warga negara yang berhak untuk menerima subsidi.

“Tidak mau kan subsidi yang harusnya itu untuk saudara-saudara kita yang ekonominya belum bagus, kemudian malah diterima oleh saudara-saudara kita yang ekonominya sudah bagus,” ujar Bahlil. 

Bahlil pun mengatakan bahwa kementerian menemukan potensi penyaluran subsidi energi yang tidak tepat sasaran tersebut terjadi tidak hanya dalam bentuk bahan bakar minyak (BBM) tetapi juga untuk subsidi listrik. Temuan itu diperoleh dari berbagai laporan seperti dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina dan BPH Migas.

Untuk mengatasi hal tersebut, ia menuturkan Presiden Prabowo Subianto telah meminta kementerian ESDM membentuk tim untuk mengkaji dan menemukan solusi terkait penyaluran subsidi energi tidak tepat sasaran itu. Ia menyatakan bahwa tim yang ia ketuai itu kini tengah mempersiapkan sejumlah langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Salah satu langkah yang disiapkan pemerintah adalah memberikan subsidi tersebut melalui bantuan langsung tunai (BLT). “Formulasinya mungkin ada beberapa, salah satu di antaranya adalah agar kemudian subsidi itu biar tepat sasaran, kemungkinan kita akan memberikan BLT langsung kepada masyarakat,” kata Bahlil.

Ia juga menyebutkan opsi solusi lainnya adalah melalui kombinasi kebijakan, yakni sebagian tetap melalui skema subsidi seperti saat ini, sementara sebagian yang lain melalui BLT. Adapun Prabowo menurut Bahlil memberikan waktu dua minggu kepada tim untuk menyusun formulasi yang tepat dalam penyaluran subsidi BBM agar lebih tepat sasaran. 

Reporter: Antara