Hasil 2 Survei Terbaru: Andika Perkasa dan Luthfi Bersaing Ketat di Jateng
Persaingan antara Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dan Ahmad Luthfi-Tak Yasin di Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah masih ketat. Hal tersebut terlihat dalam hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas hingga Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC).
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, Andika Perkasa - Hendrar Prihadi mendapatkan elektabilitas 28,8%. Elektabilitas tersebut unggul tipis dari Luthfi-Taj Yasin yakni 28,1%.
Dari hasil survei, sebanyak 43,1% responden menyatakan belum menentukan pilihan. Ini berarti, masih banyak pemilih bimbang alias undecided voters dalam Pilkada Jateng.
Survei juga menunjukkan adanya pengaruh Presiden ke-7 Joko Widodo meski tidak mutlak. Jokowi dipersepsikan masih memiliki pengaruh sebagai bahan pertimbangan pemilih, namun tidak dominan.
Sebanyak 43,9% responden menyatakan akan mempertimbangkan dukungan Jokowi. Sedangkan 42,4% tak akan mempertimbangkan pilihan mantan Wali Kota Solo itu. Adapun, 13,7% menyatakan tidak tahu.
Survei dilakukan pada 15 hingga 20 Oktober 2024. Survei yang menyasar 1.000 responden itu menggunakan metode pencuplikan sistematis.
Sebelumnya, hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting menyatakan pasangan Andika-Hendi bersaing ketat dengan Luthfi-Taj Yasin. Andika mendapatkan 48,1% suara, sedangkan Luthif dan Taj meraih 47,5% suara.
Sebelumnya, Presiden RI ke-7 Joko Widodo dikabarkan bakal menjadi juru kampanye atau jurkam pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin di pemilihan gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng).
Anggapan itu menyusul pernyataan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah yang menegaskan mantan presiden boleh ikut kampanye karena bukan lagi penyelenggara negara.
Pakar politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menganggap kesediaan Jokowi untuk menjadi juru kampanye Ahmad Luthfi-Taj Yasin nantinya merupakan strategi politik masa depan.
Namun, Ujang mengatakan dukungan Jokowi kepada Ahmad Luthfi-Taj Yasin tak otomatis menjanjikan kemenangan kepada pasangan tersebut. Ini karena adanya sentimen negatif yang akan melekat ke Jokowi akibat dugaan cawe-cawe di pemilihan presiden (Pilpres) Februari lalu.