Partisipasi Warga di Pilgub Jakarta Merosot, Efek Absennya Anies dan Ahok?

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Warga memasukan kertas suara ke dalam kotak suara pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 di TPS 024 Kebagusan, Jakarta, Rabu (27/11/2024).
28/11/2024, 15.42 WIB

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 2024 menyisakan catatan negatif. Partisipasi masyarakat untuk ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan memilih jagoannya di pilkada menurun jika dibandingkan 2017.

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat tingkat partisipasi memilih warga Jakarta terhadap Pilgub Jakarta 2024 tahun ini berada di kisaran 57,78%. Angka ini merosot dari capaian partisipasi pemilih saat Pilgub Jakarta 2017 yang mencapai 78%.

Adapun jumlah daftar pemilih tetap (DPT) dalam Pilgub Jakarta tahun ini sebanyak 8,21 juta orang. Jika mengacu pada hitungan SMRC, total warga Jakarta yang menggunakan hak pilihnya hanya sekira 4,74 juta orang.

Peneliti SMRC, Saidiman Ahmad, menjelaskan ada dua faktor kuat yang menyebabkan sepinya warga Jakarta terhadap Pilgub yang berlangsung pada 27 November kemarin.

Salah satu faktor yang  menyebabkan menurunnya tingkat partisipasi pemilih di Jakarta adalah tingginya sikap apatis warga terhadap kondisi politik terkini.

Saidiman mengatakan, penurunan jumlah partisipan dalam berkaitan dengan absennya dua tokoh populer di Jakarta, yakni Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang tidak mendapatkan kendaraan politik untuk bertarung dalam pemilihan gubernur.

"Anies bahkan terkesan secara sengaja diganjal. Ini menyebabkan sebagian pendukungnya sejak awal kecewa dan menggalang gerakan coblos semua atau memilih golput," kata Saidiman lewat pesan singkat WhatsApp pada Kamis (28/11).

Anies Baswedan resmi dukung Pramono-Rano (ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/foc.)

Selain itu, Saidiman melihat latar belakang demografi warga Jakarta yang relatif terdidik mendorong munculnya fenomena free riders yang merupakan ciri masyarakat rasional dalam Pilgub kali ini. Menurutnya, free riders berprinsip mereka bisa mendapatkan hasil Pilkada tanpa harus membuang waktu ke tempat pemungutan suara (TPS).

"Sekitar 68% lulusan SLTA ke atas. Mereka akan memilih tidak ke TPS, apalagi jika mereka apatis terhadap calon-calon yang ada," ujar Saidiman.

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, mengatakan penurunan tingkat partisipasi warga Jakarta pada Pilgub kali ini didorong oleh jarak waktu dengan pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) yang berlangsung pada Februari lalu.

"Pemilihan yang dilakukan di tahun yang sama dengan Pilpres dan Pileg di tahun yang sama ini membosankan sekali bagi banyak masyarakat karena mereka memilih banyak figur," kata Arifki saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Kamis (28/11).

Senada dengan Saidiman, Arifki juga menyebut ketidakikutsertaan Anies Baswedan dan Ahok juga turut memengaruhi inisiatif warga untuk datang ke TPS. Dua tokoh politisi itu masih dianggap sebagai magnet konstituen yang paling populer.

"Masyarakat Jakarta terbilang sangat rasional dalam menentukan pilihan politiknya. Jika mereka ragu, mereka tidak datang itu ke TPS," ujar Arifki.

Pramono-Rano temui Ahok (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/YU)

Hasil hitung cepat atau quick count SMRC mencatat pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno unggul dengan suara 51,03%. Torehan ini mengacu pada quick count SMRC dengan data masuk 100% dari data total suara.

Urutan kedua ditempati oleh paslon nomor urut 1 Ridwan Kamil (RK) - Suswono dengan 38,8% dan posisi terendah paslon nomor urut 2,? ?Dharma Pongrekun-Kun Wardana dengan 10,17%.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu