Brasil Punya Program Mirip MBG, Ibu Negara Lula Usul Gunakan Pangan Lokal
Badan Gizi Nasional atau BGN menyatakan Ibu Negara Brasil, Rosângela Lula da Silva, terkesan dengan program Makan Bergizi Gratis. Sebab, program MBG hampir menyamai jumlah penerima manfaat program yang mirip di Brasil, yakni National School Feeding Program atau PNAE.
Rosângela juga memberikan masukan agar pelaku usaha yang terlibat dalam program Makan Bergizi Gratis harus benar-benar di lokasi yang sama. dia menyampaikan lokasi peternakan, kebun, lahan pertanian, dapur, dan penerima manfaat berada dalam satu area yang sama.
PNAE yang mirip dengan MBG ini telah berlangsung sejak 1955. Pemerintah Brasil telah mengatur PNAE dalam kebijakan setingkat undang-undang.
"Dalam perundangan mereka terkait PNAE ada kewajiban penggunaan barang-barang lokal, sehingga bahan baku harus diambil dari area yang sama untuk menghindari kesegaran bahan baku hingga ke penerima manfaat," kata Juru Bicara Badan Gizi Nasional, Dian Fatwa di SD Angkasa 5 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat (24/10).
Dian mengatakan program MBG telah mensyaratkan hal yang sama dalam bentuk batas maksimum waktu pengiriman dari dapur ke sekolah maksimum 10 menit. Dalam kasus pengiriman MBG ke SD Angkasa 5, Dian menemukan waktu pengiriman hanya sekitar 4-5 menit.
Dian menekankan waktu pengiriman MBG ke sekolah penting untuk menghindari adanya kerusakan produk sebelum dikonsumsi siswa sekolah. Walau demikian, Dian berencana memperluas sistem pengolahan pangan yang dinikmati SD Angkasa 5 ke penjuru negeri.
Salah satu sistem yang akan diperluas adalah pemeriksaan MBG sebelum keluar dari dapur. Pemeriksaan tersebut akan memastikan seluruh MBG yang keluar dari dapur bebas dari tiga jenis bakteri, yakni E.Coli, Salmonella, dan Histamin.
"Dengan demikian, siswa sekolah menerima MBG dalam kondisi aman dan cukup sehat," katanya.
BGN Bakal Studi Banding ke Brasil
Juru Bicara BGN Dian Fatwa mencatat MBG telah menjangkau sekitar 37 juta penerima manfaat setelah 10 bulan berjalan. Sedangkan jumlah penerima PNAE kini mencapai 40 juta orang setelah berjalan sejak 1955.
"Kami dalam melaksanakan MBG selama 10 bulan sudah mampu memberikan manfaat ke lebih dari 30 juta anak, belum termasuk ibu hamil dan balita. Karena itu, Ibu Negara Brasil cukup terkesan dengan program MBG," kata Dian di SD Angkasa 5 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat (24/10).
Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Pangan Widiastuti berencana untuk melakukan studi banding ke Brasil terkait pengembangan program MBG. Menurutnya, kunjungan tersebut akan dilakukan saat Konferensi Para Pihak atau Conference of the Parties (COP) 30 di Belém, Brasil pada 10-21 November 2025.
Widiastuti menyampaikan salah satu target kunjungan tersebut adalah membawa teknologi yang digunakan dalam dapur PNAE. Widiastuti mencatat salah satu teknologi yang akan ditunjukkan pemerintah Brasil dalam kunjungan tersebut adalah penggunaan teknologi hijau dalam PNAE.
"Kami akan melihat bagaimana pengembangan teknologi baru dalam usaha pangan, seperti biodigester yang menghasilkan energi hijau dalam proses memasak dalam PNAE," kata Widiastuti.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mengajak investor Brasil masuk ke Indonesia. Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Roeslani juga mengundang investor Negeri Samba itu masuk sejumlah sektor di Indonesia.
"Saya ingin menekankan komitmen kuat kami untuk mendukung potensi kerja sama. Kami terbuka terkait investasi dengan investor Brasil," kata Rosan dalam acara Indonesia-Brazil Business Forum di Jakarta, Kamis (23/10) dikutip dari Antara.
Beberapa sektor yang disebut Rosan antara lain energi terbarukan hingga pertanian. Rosan mengatakan RI memiliki potensi energi baru dan terbarukan 3.700 gigawatt. Meski demikian, kapasitas yang baru termanfaatkan sekitar 15,1 gigawatt.
Rosan juga mengatakan Brasil memiliki keunggulan teknologi pertanian. Ia berharap hal tersebut bisa menjadi peluang kerja sama dengan Indonesia.
"Pengetahuan Brasil dalam agribisnis berskala besar dan maju esensial untuk memodernisasi sistem pangan Indonesia," katanya.